He is Psychometric Episode 4 Part 4 (Drama Korea)

He is Psychometric
Episode 4 Part 4


Sumber konten dan gambar : TVN

Baca juga : He is Psychometric episode 4 part 3


Lee An memanggil Jae In. Jae In tidak peduli.

"Jae In ssi!!"

"Kenapa? Jangan bicara padaku kecuali  benar ada koper yang ada tubuh di dalamnya!"

"Itu benar ada di sini."

 Jae In tertegun. Dia berbalik menghampiri Lee An.


Beberapa saat kemudian, sudah banyak polisi yang sedang menyisir sungai. Ji Soo datang dan di sambut seorang petugas pria. Petugas itu memberitahu kalau yang di dalam koper sepertinya mayat perempuan.


Petugas menunjuk Lee An yang sedang dadah dadah ke Ji Soo. Petugas bilang Lee An sudah selesai melapor tapi tidak pergi-pergi. Ji Soo bilang dia yang akan mengurusnya. Dia menyuruh si petugas membawa koper itu ke dr. Hong.

Lee An langsung pamer pada Ji Soo. Dia bilang akan melihat wajah pelakunya bagaimanapun caranya. Meski dia harus pingsan di tempat itu karena memeriksa setiap sudut sungai.

Mereka berjalan melewati Jae In yang sedari tadi berdiri tegak menjaga garis polisi.

"Kamu tidak perlu melakukannya di sini. Kamu hanya akan menghabiskan energimu."


Ji Soo langsung ingat siap Jae In. Jae In memberi hormat padanya. Lee An memberitahunya kalau Jae In tahu soal kemampuannya. Ji Soo bertanya kenapa Jae In bilang Lee An hanya akan menghabiskan energinya.

"Kamu pasti juga tahu, Detektif."

Menurut Jae In, koper itu terbawa arus sungai saat hujan di bulan lalu. Dan pernah ada juga kasus seperti itu dimana ditemukan koper di hulu sungai. Tapi biasanya korban sudah meninggal sampai 4 atau lima tahun. Jadi meski korban bisa di identifiksi tapi pelakunya tidak di temukan.

Menurut Lee An koper itu kan berat. Mana mungkin bisa mengalir terbawa arus.


Jae In menjelaskannya secara ilmiah yang tentu saja tidak dimengerti Lee An.

Ji Soo meminta Jae In menghentikan Lee An berkeliaran di area itu. "Dia tidak mengerti sepatah katapun apa yang baru saja kamu katakan."

"Aku tahu. Gas apung."

"Gas Dekomposisi," ucap Jae In dan Ji Soo berbarengan.

***

So Hyun membawa anak-anak TK ke kantor Jae In. Ternyata dia jadi guru tk. Pak Nam memberitahu kalau Jae In sedang bertugas di daerah sungai karena di temukan mayat di dalam koper. Padahal dia datang ke tempat itu karena bebas kasus. Biar bisa nyantai maksud dia mah.


So Hyun bilang Jae In seharusnya mengajari anak-anak pencegahan agar tidak hilang. Terpaksalah Pak Nam yang memberi pengarahan. Dia meminta anak-anak yang sedang bermain untuk berkumpul. Tapi meski dia sudah berteriak, anak-anak tetap tidak mendengarkannya. Begitu So Hyun yang memamggil, mereka langsung patuh.


Dr. Hong mengeluh saat akan membuka koper itu. Baunya seperti penampungan orang ee. Dia kesal sekali. "Mungkin aku membunuh orang dan meninggalkan tubuh mereka di kehidupan masa laluku. Kalau tidak kenapa aku ditakdirkan melakukan pekerjaan ini selama bertahun-tahun? Aku pasti dihukum."

Ji Soo menyahut. "Bagaimana denganku? Aku pasti kaki tanganmu!"

Mereka pun membuka koper itu.


Jae In masih di tkp sampai malam. Lee An sibuk membaca semak-semak.

"Sudah kubilang tidak ada gunanya. Kamu sudah menemukan sesuatu?"

"Tentu saja. Kotoran burung." Menyentuh daun lain. "Kotoran anj*ng." Menyentuh lainnya lagi dan langsung terjingkat." Aish. Seriusan deh. Bahkan kotoran manusia."

"Berhenti membuang energimu. Aku yakin pelakunya tidak datang kesini."

Mereka lalu duduk karena lelah. Jae In cerita kalau itu kasus pertamanya karena biasanya dia menemukan barang-barang yang hilang.

"Dan aku menemukan mayat pada kasus pertamamu," kata Lee An bangga.

Jae In bilang kalau bukan Lee An dia sendiri pasti akan menemukannya juga karena koper itu jelas terlihat mencurigakan. Tapi akhirnya Jae In mengakui jasa Lee An.


Lee An lalu bertanya soal koper yang ditemukan di hulu sungai. "Apa kamu mau mengatakan kalau ini pembunuhan berantai?"

***

Ji Soo sedang mempresentasikan kasus koper. Kasus itu memang ada kesamaan dengan kasus koper di hulu sungai. Tapi mayat kali ini sidik jarinya sulit dibaca karena sudah sampai adipocere (zat lilin keabu-abuan yang terbentuk pada tubuh mayat yang mengalami kelembaban).


Pak Yoon meminta Ji Soo segera menangkap pelakunya tidak seperti pada kasus koper sebelumnya. Ji Soo beralasan kalau korban yang sebelumnya tidak punya keluarga jadi tidak bisa diketahui kapan dia hilang. Pak Yoon terus mendebatnya sampai akhirnya Sung Mo angkat bicara dan Pak Yoon menyerahkan kasus itu pada Ji Soo karena ada Sung Mo yang membantunya. Dia minta pelaku ditemukan secepatnya sebelum masyarakat mengkritik mereka.


Sebelum keluar Pak Yoon menunjuk lencananya. Ji Soo yang cemberut langsung memberi hormatnya dengan enggan.

"Kenapa dia begitu berduri bagai mawar hari ini?" Tanya rekan Ji Soo.

Saat mereka keluar, teman Ji Soo menertawakannya menduga Pak Yoon galak karena Ji Soo belum juga menikah.


Ji Soo menyuruhnya jangan berisik karena ada Sung Mo di belakang mereka. Dia bilang ayahnya begitu karena ingin membuat Ji Soo stress supaya dia merubah pandangannya soal pernikahan.

Sung Mo mendahului mereka dan mengingatkan untuk bertemu setelah hasil forensik selesai. Cemberut deh Si Ji Soo.


Sung Mo menatap laporan-laporan kasus pembakaran di layar proyektor. Dia frustasi karena belum juga ada kemajuan. Dia lalu mengambil obat dan meminumnya kemudian beralih memeriksa berkas kasus koper.

Ji Soo mengiriminya pesan : Asal tahu saja. Lee An yang menemukan mayat itu. Dia akan megikutimu begitu tahu kamu ada dalam kasus ini. Persiapkan dirimu.


"Dia tidak ramah sama sekali. Pesan ini tidak menyampaikan emosi sama sekali. Kerja bagus," ucap Ji Soo pada diri sendiri lalu memasukkan ponselnya ke kantong. Tapi begitu ponselnya bergetar dia buru-buru mengambilnya sampai ponselnya hampir jatuh. Dan Sung Mo hanya membalas 'ya'. HAHA.

Dr. Hong yang tadi sedang memeriksa mayat, meledeknya, "Inilah yang tadi kamu sebut pesan teks tanpa sentuhan emosi apapun."

***

Jae In sudah di ijinkan untuk pergi dari tkp. Jadi mau kembali ke kantor. Lee An diam saja seperti tidak rela pergi dari sana 'secepat' itu.


Sung Mo hendak pulang. Tiba-tiba dia tertarik mengintip ke jendelan. Di bawah, terlihat pria bertopi berdiri di depan mobil Sung Mo.


Seketika Sung Mo teringat masa lalu dimana Sung Mo kecil melihat pria bertopi itu melepas maskernya. Lalu muncul kilasan-kilasan lain.


Kaki yang di rantai. Pria bertopi yang menatap ke bawah. Lalu orang menyeret koper. Terakhir adalah kaki anak kecil berkaus kaki yang dirantai. Rantai itu sama dengan rantai di kaki Pak Kim.


Sung Mo berkaca-kaca. Dia lalu memejamkan mata untuk mengenyahkan semua bayangan itu. Tapi begitu dia membuka kembali matanya, pria itu sudah tidak ada. Dia bergegas lari kebawah dan mencarinya. Entah tadi hanya halusinasi Sung Mo, atau pria itu benar-benar ada di sana.

Sung Mo pulang mengendarai mobilnya. Ada pesan lagi dari Ji Soo : Dan, sebagai informasi, teman sekelasnya yang lama yang jadi polwan juga ada di sana. Mereka berdua sangat bersemangat dan cemas. Sekali lagi. Persiapkan dirimu.

Sung Mo langsung putar balik.

***

Dalam perjalanan menuju 'rumah' Jae In, Lee An mengeluh karena seharusnya dia menyentuh kopernya. Dia lalu berkata, "Aneh sekali. Saat bersamamu, aku bisa membaca dengan lebih baik. Itu terjadi juga dua tahun lalu di ruang guru."


"Itu aneh," ujar Jae In. Dia lalu bercerita kalau sebenarnya dia benci polisi karena menuduh ayahnya bersalah. Tapi saat Ji Soo dulu mendatanginya setelah guru matik di bebaskan dan sangat mengkhawatirkannya sampai menjadikan Lee An pengawalnya, dia jadi berubab pikiran. Itulah kenapa dia ingin jadi polisi. Meski dia tidak bisa membersihkan nama ayahnya, tapi dia bisa membela keadilan jika ada orang lain yang dituduh bersalah tapi tetap bersikeras tidak mengakuinya seperti ayahnya.


Tiba-tiba sudah ada Sung Mo di depan mereka.

"Hyung."

"Sudah lama tidak bertemu Petugas Yoon Jae In," ucap Sung Mo.

"Ahjussi pelindung."

"Ahjussi apa?" Tanya Lee An heran.


Dari jauh, pria bertopi memperhatikan mereka dari balik kemudi mobilnya.

Bersambung ke He is Psychometric episode 5 part 1


EmoticonEmoticon