He is Psychometric Episode 1 Part 4 (Drama Korea)

He is Psychometric
Episode 1 Part 4


Sumber konten dan gambar : TVN

Baca HIS episode 1 part 3

Tadinya mungkin guru matematika sempat menaruh simpati pada Lee An. Tapi melihat kelakuan Lee An, dia jadi kesal lagi.


"Tidak heran kelakuanmu kasar. Yatim piatu rupanya?"

Jae In yang mendengarnya tampak tertegun.

"Bukan itu intinya. Kakakku bilang, dia akan mentolerir semuanya asalkan aku lulus SMA."

"Tidak ada omong kosong lagi dan pergilah," pinta guru matematika. Dia meminta bu Syahrini untuk mengurus surat DO-nya.

"Ya."


Lee An serius kali ini. Dia minta waktu penangguhan atau hukuman saja sebagai gantinya karena dia sebentar lagi lulus.

"Aku bisa melakukan 500 jam kerja sukarela di sekolah."

"Sana pergi!!"


Lee An naik darah. Dia membentak gurunya. "Pak!!!"

"Lihat dirimu!" Guru matematika memukul kepala Lee An dengan buku. Lee An terus menatap tajam padanya. "Tundukkan kepalamu! Kenapa? Kau mau memukulku?"

Guru matematika terus memukuli Lee An dengan buku. Sepertinya Jae In kasihan melihatnya."


Guru gendut menenangkannya karena sebentar lagi jam pagi di mulai.

"Kenapa? Kau punya urusan dengannya?"

"Tidak. Sebenarnya, aku cuma mau tanya apa kamu mau memberiku rok*k?"

"Aku tidak merok*k."

Guru gendut terus meminta mungkin saja gurmat punya dari hasil razia siswa. Saat gurmat sibuk mencarikan rokok, guru gendut memberi isyarat pada Lee An untuk pergi. Dari awal sih sudah kelihatan kalau guru gendut ada di pihak Lee An. Padahal Lee An menyebutnya guru bau mulut.


Bu Syahrini memperkenalkan Jae In di depan kelas. Tapi tidak seorangpun murid yang peduli. Hanya seorang murid wanita yang mengenakan headset, So Hyeon, yang tampak memperhatikan. Dia melepaskan headsetnya. Bu Syahrini menyuruh Jae In duduk di bangku manapun yang kosong.

"Dae Bong (teman Lee An). Di mana Lee An?"

"Dia belum kembali dari ruang guru."

Bu Syahrini hendak memulai pelajaran. Tapi akhirnya dia pergi karena mungkin mencemaskan Lee An. So Hyeon tampak memperhatikan Jae In.


Lee An sendiri pergi ke rooftop dan naik ke lantai yang lebih tinggi. Dia menggelar kardus dan duduk di pojokan. Lee An mengeluarkan ponselnya berniat menghubungi Sung Mo tapi akhirnya dia urungkan.

"Hah! Dia menyelamatkan nyawamu. Hal terkecil yang bisa kamu lakukan untuknya adalah tidak menyebabkan kerugian."

Lee An tiduran. Dia kembali bicara pada dirinya sendiri. "Kamu memang tidak berdaya. Kamu akan bertahan hidup sendirian seperti ini?"


So Hyoen memberikan seragam olahraga pada Jae In. Sudah ada nametag-nya disana.

"Kelas berikutnya olahraga. Pakai ini."

Jae In memperhatikan So Hyeon. "Kim So Hyeon?"

"Kamu mengingatku?"

Tiba-tiba geng anak perempuan yang sempat memperhatikan Jae In di kamar mandi datang. So Hyeon langsung pergi.

"Kamu kan? Mencurigakan kamu pindah saat akhir semester. Memang kamu."


"Apanya yang mencurigakan?" Tanya Jae In."

"Bukannya kamu putri Yoon Kyung Hoon. Kandidat kepala daerah? Bukankah kamu putrinya? Katanya mereka pindah dari Gangnam kesini untuk pemilihan."

"Aku tahu kamu melihat latar belakangku. Tapi bisa tidak jangan berlebihan?" Kata Jae In sebelum akhirnya pergi dari kelas.

Sebenarnya tadi dia pura-pura bersikap tenang. Padahal hatinya gelisah dan nafasnya sesak. Dia teringat saat dulu di bully teman-temannya hingga dilempari telur mentah.


Jae In pergi ke rooftop. Dia menggunakan kantong kertas untuk membantu melegakan nafasnya. Lee An yang sibuk dengan ponselnya tidak menyadari kedatangan Jae In.


Di rumah tahanan, terlihat seorang narapidana sedang memandangi foto Jae In yang mengenakan seragam sekolah. Di lihat dari sebagian wajah yang diperlihatkan, sepertinya itu Pak Yoon Tae Ha yang kemarin saya sebut satpam apartemen Yoengsoeng tapi ternyata dia adalah pemadam kebakaran.


Lee An membaca berita-berita di internet tentang kebakaran apartemen Yoengsoeng. Dia teringat saat Pak Yoon Tae Ha mengangkatnya dari lift. Pak Yoon juga berusaha menolong ayah Lee An dengan melakukan CPR. Lee An meneteskan airmatanya tapi segera dia hapus.

Salah satu judul berita itu adalah : Pahlawan dari Kasus Kebakaran Ternyata Penyebab Insiden Itu.


Tahanan nomor 3145, Pak Yoon, maju ke hadapan para penyelidik yang akan melakukan evaluasi untuk pembebasan bersyarat.

***

Ji Soo (mianhe kemarin aku sebut Eunji) dan Sung Mo sedang membersihkan papan yang tadi digunakan untuk pengumuman resmi.

"Ngomong-ngomong, apa yang sebenarnya di lihat Lee An?" Tanya Ji Soo. "Katanya dia melihat semacam kenangan kuat tentang seseorang atau benda. Sulit dimengerti."

"Kamu juga tahu betul. Namanya kemampuan yang tidak jelas. Itulah jawabannya."

"Kamu tahu? Aku terganggu dengan apa yang dilihatnya di ruang otopsi.

"Ukuran dalaman itu di kecualikan. Jadi wanita yang menggunakan cincin?"

Ji Soo tersenyum kikuk. "Jadi kamu sudah mendengarnya dari dr. Hong?"

"Aku masih memikirkannya karena ini pertama kalinya dia menggunakan kemampuannya pada may*t. Mungkin dia membaca may*t itu bukan dari orangnya melainkan benda."

"Apa bedanya?"

"Saat dia membaca orang, dia melihat ingatan menyakitkan mereka. Atau insiden mengejutkan entah itu kecil atau besar."

"Oh seperti trauma?"

"Ya. Tapi benda sedikit berbeda. Dia melihat hal-hal yang lebih objektif dan sporadis (tidak penuh/jarang). Tanpa emosi, begitulah."

"Singkatnya itu tidak konsisten."

"Wanita yang memakai cincin itu pasti salah satu orang yang mengunjungi ruangan itu. Lebih baik jangan diperumit lagi."

Ji Soo tampak berpikir. Setelahnya dia seperti mendapat pencerahan. "Oh pengasuh itu!! Benar. Katanya para korban melihat pakaian dalam sebelum mereka meninggal. Para korban tidak memiliki keluarga dan terganggu secara fisik. Bagaimana jika si pengasuh membawa pakaian dalam mereka tepat sebelum korban meninggal?"


Sung Mo melepas sebuah foto dari papan. "Itu hanya kemungkinan. Sebenarnya kamu tertarik pada kemampuan An atau pada kasus ini?"

"Dua-duanya. Kenapa kamu cepat sekali menolak kemampuan An dan kasus itu?"

"Bukan itu yang kulakukan."

Mereka saling menatap sengit.


Sung Mo mengambil sebuah buku dari laci dan memberikannya pada Ji Soo. Di awal halaman, tertulis tanggal 4 Desember 2008. Ternyata itu buku catatan visi atau penglihatan Lee An yang Sung Mo buat. Dia memberitahu kalau kemampuan Lee An di mulai setelah kebakaran di apartemen Yoengsoeng. Itu membuktikan kalau Sung Mo sama sekali tidak menolak kemampuan Lee An.

Ji Soo lalu bertanya kenapa Sung Mo yang biasanya 'membalik batu hingga menjadi debu', sekarang malah begitu cepat menutup kasus hanya berdasarkan pernyataan saksi.

Sung Mo menjawab kalau itu hanya kebakaran sederhana. Lagian dia juga merasa tidak nyaman karena kasus apartemen Yoengsoeng.

Ji Soo mengangguk. "Benar juga. Itu hanya membangkitkan kenangan menyakitkan bagi sebagian orang."

"Menyakitkan. Benar. Begitulah rasanya."


Jae In memakan permen buah untuk menenangkan hatinya. Permen itu sepertinya sama dengan permen yang dulu dimakan Lee An waktu kecil.


Jae In berdiri dan meregangkan tangannya. Dia memandang gedung timggi di depannya dan teringat saat kejadian kebakaran di apartemen Yoengsoeng. Jae In kecil ternyata juga ada di sana. Dia menyaksikan saat Sung Mo dan Lee An terjun dari lantai atas.

"Huh. Seberapa jauh pun aku berlari, aku tetap berakhir di sini."


Ji Soo berlari mengejar Sung Mo. Dia bertanya sampai kapan Sung Mo akan memperhatikan Lee An. Sung Mo menatap Ji Soo.

"Sampai dia menemukan seseorang yang bisa menggunakannya untuk melakukan psikometri. Kamu tahu? Aku bahkan menarik orang yang menginginkan dia untuk membacanya."

"Lalu siapa orang itu?"

"Dia mungkin sudah bertemu orang itu sekarang. Gadis itu."


Dan sekarang, Jae In yang merasa sudah tenang, berjalan menuju pintu keluar rooftop bersamaan dengan Lee An yang baru saja terjun dari atas.

Jae In mendongak. Lee An melihatnya. Mereka berdua sama-sama terbelalak kaget.

Bersambung ke He is Psychometric episode 2 part 1




EmoticonEmoticon