Pob Ruk Episode 1 Part 5 (Drama Thailand)

Pob Ruk
Episode 1 Part 5


Sumber konten dan gambar : Channel 3

Baca Pob Ruk episode 1/4

Naan memberitahu Yeo kalau dia melihat seorang wanita. Yeo yang saat itu sedang menelepon seseorang terpaksa mengakhiri percakapannya di telepon.

"Kalau wanita itu melihatku, mungkin saja dia bisa membuatku ingat."


"Khun. Hidup kita itu bukan semacam kebetulan. Aku mohon padamu, tolong pergi!"

"Tapi..."

"Masih tidak mau pergi?" Yeo bicara dengan nada yang lebih keras. "Pergi sekarang! Ini perintahku!"


Tiba-tiba hal aneh terjadi. Dunia Naam seolah berguncang. Tubuhnya berputar-putar. Dan akhirnya dia menghilang dari ruangan Yeo. Yeo sendiri keheranan melihatnya.


Ternyata, tubuh Naam perlahan muncul di sofa rumah Yeo. Matanya terpejam tidak sadarkan diri. (Hantu kok pingsan. Wkwkwk)

***

Tara sudah ada di ruangan Pak Songkram.

"Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku lebih awal?" Tanya Pak Songkram.

"Aku tidak ingin mengganggumu."

"Antara kamu dan aku, masih adakah sesuatu?"

Tara diam saja. Lalu masuk seorang petugas wanita menyerahkan hasil penyelidikannya mengenai Naamrin.

"Aku sudah memeriksa setiap kantor polisi tapi tidak ada yang terjadi pada mobil putrinya Khun Tara."


Pak Songkram menanyakan salah satu laporan yang ada.

"Oh. Itu hanya kecelakaan mobil yang terjadi dalam 24 jam terakhir. Orang-orang di sekitar sana bilang kalau sebelum kecelakaan mobil ini balapan dengan mobil sport lainnya. Baik warna dan merek mobilnya sama dengan mobil Naamrin."

Khun Tara excited mendengarnya. "Setelah itu apa ada orang yang melihat mobil Naamrin?"

"Tidak ada."

"Bagaimana bisa mobilnya menghilang?" Gumam Khun Tara cemas. "Aku sangat khawatir pada putriku. Pak, tolong bantu aku."

Pak Songkram lalu meminta pada Khun Dani (petugas wanita itu) untuk mencari informasi lebih tentang kecelakaan itu. Dia minta info yang lebih detail.


Pak Songkram mengantar Tara ke mobilnya. "Berusahalah tenang. Kalau kita tidak bisa menemukan mobil Naamrin, kita masih bisa berharap kalau Naamrin masih hidup."

"Harapanku bergantung padamu. Kehidupan Naam ada di tanganmu."

"Aku berjanji. Naamrin akan kembali dengan selamat."

"Terimakasih banyak."

Tara masuk ke dalam mobilnya. Tak jauh dari sana, tampak seseorang yang menaiki sepeda motor menelepon seseorang.

"Target menuju keluar dari kantor polisi."

"Bersiaplah!" Perintah seorang pria di ujung telepon.

Mobil Tara melewati sepeda motor pria itu. Pria itu langsung mengikutinya. Mereka sama-sama berhenti saat lampu merah. Pria itu yang berada tepat di samping mobil Tara, terlihat mengeluarkan pistolnya.


Tiba-tiba terdengar sirine mobil polisi. Dan mobil polisi itu berhenti tepat di samping motor si pria. Pria itupun memasukkan pistolnya lagi. Sepertinya tadi dia ingin menembak Tara.

"Aku harus membatalkan tugasmu. Ada mobilmu polisi di sampingku," lapor pria itu. Pria di seberang telepon langsung kesal. Dia mengepalkan tangannya.


Naam yang masih belum sadar tampak gelisah. Dalam mimpinya, Naam kecil di gendong di punggung P'Torn kecil.

"P'Torn. Aku ingin pergi ke sana!"

"Tapi aku capek. Kita istirahat dulu ya."

"Nggak mau!"

"Nong Naam, tapi aku sangat lelah."


Naam melihat bunga teratai yang masih kuncup di kolam. Dia menginginkannya. P'Torn menurunkannya lalu memetikkan setangkai bunga teratai untuk Naam. Naam sangat senang.

"Sangat cantuk. Terima kasih P'Torn."

"Untukmu. Aku akan melakukan apapun."

Lalu terdengar suara Tara. "Naam. Bangun nak. Sudah waktunya untuk bangun."

Bersamaan dengan itu, nenek Yeo juga membangunkan Naam.

"Hei Nona! Ada apa? Kenapa kamu tidur di sini?"

Naam membuka matanya. Dia lalu bangun dan mengerjapkan matanya. Lalu dia sadar kalau nenek bisa melihatnya.

"Nenek bisa melihatku?"

"Oh, tidak. Sebenarnya aku tidak bisa melihat siapapun."

"Nenek buta?"

"Ya. Tapi aku bisa merasakannya kalau ada orang yang duduk di sini," ucap nenek sambil duduk. "Apa kamu yang di bawa Yeo semalam?"



"Nenek tidak bisa melihatku tapi bisa mendengarku?"

"Aku cuma buta. Tapi telingaku tidak tuli. Pendengaranku itu sangat baik. Bahkan aku bisa mendengar bisikan hantu."

Naam melongo. Dia takjub pada nenek. Tiba-tiba geng nenek memanggil.

"Timku di sini. Kamu bebas saja di sini. Aku mau mencari kesenangkanku."

"Kesenangan?" (HAHA)

"Ya. Kamu pengen tahu? Kamu boleh ikut denganku. Ayo pergi!"

Nenek, Naam, dan empat anggota tim lainnya berkumpul di beranda. Mereka mendengarkan radio yang sedang menyiarkan nomor lotere yang keluar. Mereka semua sangat semangat. Lalu datang Sersan Mie ikut bergabung.

"Tiga digit terakhir adalah..... 546."


"Yaaaahhh." Semuanya kecewa. Naam imut-ikutan cemberut.

Tapi mereka masih punya yang dua digit. Semuanya bersorak "84... 84... 84..." Tapi menurut Naam yang keluar 48.

"Nona, apa yang kamu katakan?" Tanya nenek. Semuanya memandang nenek heran. Dan benar saja, dua digit yang keluar adalah 48.

"Aduh hampir saja! Mereka semua menggerutu kecewa. Tapi salah satu dari mereka ternyata ada yang beli angka 48.

"Tuh kan. Aku bilang juga apa. Mungkin nenek lupa menukar nomornya," ujar Naam.

"Kenapa kamu baru ngomong sekarang? Kenapa tidak dari awal saja, hah?"

Salah seorang anggota tim menyahut. "Bukan aku, Nek. Hantunya yang membisikiku. Bukan aku."

"Aku tidak bicara padamu!"

"Apa?"

"Aku bicara pada wanita ini."

Semuanya sontak saling pandang.

"Aku lupa mengenalkannya. Wanita ini ceweknya Yeo. Dia baru di sini. Jadi tim kita akan menyambutnya kan?"

"Tempo hari Nenek bilang ada anak kecil yang duduk di samping nenek. Terus kali ini apa?" Semuanya mulai ketakutan.



"Dia berdiri di belakangku."

Naam cengar-cengir sambil melambaikan tangannya.


Sersan Mie : "Tunggu tunggu. Aku lupa belum mematikan setrikaan di rumah. Aku harus pergi."

Yang menang lotre : "Temanku sms minta ketemuan. Bye." Dia pergi diikuti teman perempuannya.


Si gadis berponi : "Oi. Oi. Perutku sakit sekali Nek." Kaburlah dia.

"Si pipi bedak : "Aku di tinggal sendirian? Nenek?"

"Ya."


"Aku sebenarnya tidak sibuk. Tapi semua orang pergi. Jadi aku pergi jugaaaa."

Haha. Naam tersenyum geli melihat tingkah mereka semua. Nenek sendiri keheranan kenapa semuanya pergi. Seperti melihat hantu saja. (Emang iya, Nek)

Nenek menyuruh Naam menunggu sampai Yeo pulang. Dia lalu menanyakan nama Naam.


Naam bingung. Tapi kemudian dia teringat mimpinya dimana P'Torn dan Tara memanggilnya Naam.

"Namaku Naam."


Yeo pulang. Terlihat neneknya tertidur di sofa. Yeo memasukkan sepedanya dan menyandarkannya di tembok. Tiba-tiba Naam muncul mengagetkannya.

"Aku kan sudah bilang. Jangan muncul tiba-tiba!"

"Kamu harus terbiasa mulai sekarang."

"Kenapa kamu pergi tadi? Belum reinkarnasi? Tapi tadi siang tiba-tiba kamu menghilang."

Naam juga bingung. "Kenapa aku di sini? Oh aku tahu. Itu karena kamu yang menyuruh. Kenapa aku menurutimu ya? Atau... di antara kita, pasti ada sesuatu yang menarik kita untuk bersama-sama. Tapi ini nggak adil! Kenapa aku harus menuruti perintahmu?"


Yeo nyengir. "Itu tidak berarti apapun kalau kamu saja belum reinkarnasi."

"Kalau kamu sebagus itu, coba suruh aku kembali ke tubuhku! Jadi aku bisa bangun jadi gadis cantik seperti biasanya! Tidak harus memohon-mohon pada orang sepertimu."


"Hei hantu yang manja! Jangan bicara lagi! Aku mau membangunkan nenek."

Yeo membangunkan nenek dan memintanya tidur di atas. Nenek mengeluh karena tadi dia lagi memimpikan nomor. Padahal sebentar lagi dia lihat nomornya. Huft.


Yeo pun pergi ke kamarnya. Sebelum itu, dia menengok menatap Naam sebentar. Naam pun sama. Cieee... udah mulai terbiasa nih mereka.

***

Tara menceritakan apa yang dia dapatkan di kantor polisi pada P'Torn dan Nubdao. P'Torn menduga Naam melarikan diri karena takut disalahkan. Nubdao menyangkalnya, karena Naam bukan tipe orang yang akan melarikan diri dari masalah.

"Kalau terjadi sesuatu, Naam pasti akan menelepon dan menceritakannya pada kita," ujar Nubdao.


Tara marah-marah. "Kalau begitu dimana dia sekarang?"

P'Torn memintanya tenang. Tapi Tara malah membentaknya karena dia yang akan jadi suami Naam.

"Temukan dia! Itu perintahku."

Bersambung ke Pob Ruk episode 2 part 1


EmoticonEmoticon