Pob Ruk
Episode 1 Part 4
Sumber konten dan gambar : Channel 3
Pak Songkram memarahi Yeo.
"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya. Jauhi kasus Seng! Baru juga setengah hari kamu sudah membuat masalah lain lagi."
Yeo membela diri. "Aku ditodong sama peluru dan itu jadi salahku?"
Pak Songkram masih terus mencari kesalahan Yeo. Dia menyalahkan Yeo yang menembak di tengah jalan. "Bagaimana jika seseorang meninggal? Apa yang akan kamu lakukan, hah?"
"Tapi nggak ada yang terbunuh. Dan lagi, kita mendapatkan obat-obatan Seng. Kita akan bisa menutup kasus ini. Anda seharusnya memujiku dan membawaku kembali kerja seperti sediakala. Bukannya berteriak padaku seperti ini!!"
Pak Songkram hanya diam saja merasa sudah kalah dari Yeo.
Yeo keluar dari ruangan Pak Songkram. Sersan Mie menyambutnya.
"Semuanya! Pahlawan kita di sini."
Seisi kantor langsung bertepuk tangan.
"Sekarang kamu sudah bisa kembali bekerja. Selamat datang kembali Letnan Yeo!" Sersan Mie memeluk Yeo dengan erat saking senangnya. Yeo berusaha keras melepaskan pelukannya. Mie langsung sadar posisinya.
"Maaf. Aku lupa kalau kita bukan teman." (Kalau di tempat kerja Yeo dingin banget deh)
"Letnan, aku heran deh. Pak Songkram kan teman ayahmu. Tapi kenapa dia selalu menyalahkanmu atas semuanya. Seperti kamu itu musuhnya saja."
"Aku nggak tahu. Aku juga nggak peduli," jawab Yeo acuh. Padahal sepertinya dia juga heran dengan sikap Pak Songkram padanya.
"Tapi itu mencurigakan."
Yeo menatap tajam Mie.
"Nggak ding. Sekarang aku nggak penasaran lagi. Baiklah aku akan kembali bekerja." (Yeo itu kan letnan. Kalau mie sersan. Jadi pangkat Yeo lebih tinggi makanya Mie suka takut sama Yeo)
Akhirnya Yeo bisa kembali ke ruang kerjanya lagi. Yeo duduk di kursinya sambil memikirkan entah apa. Mungkin dia kepikiran ucapan Mie tadi. Tiba-tiba Yeo merasakan kehadiran Naam.
"Khun!" Panggil Yeo. "Apa kamu mengikutiku ke sini?"
Tidak ada jawaban. Yeo menyapuka pandangannya ke seluruh ruangan tapi tidak ternyata tidak ada Naam.
Thara melihat foto-foto Naam di meja. "Naam. Dimana kamu,Nak."
Thara juga menatap jam tangannya. Dia teringat saat Naam bersama Popetorn dan Nubdao memberinya kejutan ulang tahun.
Saat itulah Naam memberinya hadiah jam tangan itu. Naam sendiri juga punya jam tangan yang sama dengan lingkaran jam yang lebih besar.
P'Torn datang dan memberitahu Thara kalau dia belum berhasil menemukan Naam. Thara kesal karena sudah lama tapi P'Torn belum menemukan apapun. Dia berencana menemui Pak Songkram.
"Apa Bibi akan baik-baik saja? Aku pikir Bibi sudah tidak ingin menemuinya lagi."
"Tapi ini untuk Naamrin. Aku akan minta bantuannya."
"Kalau begitu aku akan ke rumah sakit lagi. Siapa tahu ada berita baru."
Yeo masih di kantornya. Dia menarik nafas dalam.
"Kenapa kamu menarik nafas dalam-dalam? Weeeww!!" Tanya Naam tiba-tiba hingga membuat Yeo tersentak kaget.
"Kenapa kamu kaget? Aku pikir tadi kamu bilangnya nggak takut sama hantu. Kamu juga bohong padaku katanya sedang liburan. Padahal sebenarnya kamu di skor kan?" Ledek Naam.
"Kamu menguping pembicaraan kami ya?"
"Tidak! Aku kan berdiri di belakangmu. Karena dia meneriakimu seperti itu, jadi aku tidak ingin kamu melihatku. Takutnya nanti kamu jadi malu."
Kesal juga Yeo diledek sama roh gentayangan. "Terus kenapa kamu mengikutiku sampai ke sini?"
"Nggak kok. Itu seperti ada yang memaksaku untuk bersama kamu."
"Mungkin kita adalah orang yang saling terkait dengan perbuatan sebelumnya."
"Hei Khun. Kamu nggak mau berterimakasih padaku? Kamu nggak mati karena aku. Kamu juga bisa menangkap perampok gara-gara aku." (Oh aku kira tadinya pelurunya Seng kosong. Ternyata kayanya ditangkap atau diapain Naam gitu soalnya kurang jelas scene-nya)
"Makasih," ucap Yeo lirih. Gengsi dia ditolongin sama hantu amnesia.
"Apa? Aku nggak dengar tuh."
Yeo mengulanginya lagi dengan sedikiiiit lebih keras. "Terima kasih."
"Huh! Dasar tidak berperikemanusiaan! Kalau tahu kamu bakal begini, aku akan membiarkanmu mati saja jadinya kamu bisa jadi hantu sepertiku," gerutu Naam sambil manyun.
"Kalau kamu nggak mau pergi, kamu diam saja. Huh? Orang tu mau kerja. Aku mau kerja. Nih baca mulutku!" Yeo maju mendekati Naam lalu bicara tanpa suara, "A ku ma u ker ja."
Yeo sibuk dengan laptopnya sementara Naam cuma duduk diam di sofa sambil cemberut. Mereka saling melirik sebentar.
***
Thara datang ke kantor polisi. Sesampainya di lobi, dia menelepon Pak Songkram kalau dia sudah sampai.
Yeo memakan bekal makan siangnya. Naam terus menatapnya.
"Selesai kerja lalu makan. Selesai makan balik kerja lagi. Lalu kapan kamu akan membantuku menemukan ingatanku?"
Yeo tidak menanggapi. Dia mengambil botol minumnya lalu menenggaknya langsung dari botol.
Naam jadi kesal. "Fine! Aku cuma seseorang yang nggak kamu kenal. Aku bahkan bukan kerabatmu. Nggak perlu di pedulikan."
Sesaat kemudian Naam tersenyum melihat Yeo. Ada nasi yang menempel di pipinya.
Yeo bingung melihat tingkah Naam. Naam menunjuk pipinya. Yeo segera menyekanya.
"Bantu aku mikir dan tidak buang-buang waktu seperti ini karena kamu bahkan tidak tahu namamu. Dari mana bisa mulai?"
Naam menunjuk wajahnya. "Tinggal ambil fotoku dan mempostingnya di facebook atau twitter lalu buat pengumuman wanita hilang. Gitu aja masa kamu nggak kepikiran?"
Yeo tersenyum sinis. Dia lalu duduk di sofa dan mengeluarkan ponselnya.
"Senyum yang manis!"
Naam pun memasang senyumnya.
1, 2, Jepret.
Yeo menyuruh Naam mendekat. Dia menunjukkan hasil fotonya. Naam yang tadinya senyum manis jadi tersenyum kecut. Ternyata dia tidak nampak di foto.
"Apa ini? Kenapa di film hantunya bisa muncul di foto?"
"Kamu itu terlalu banyak nonton film sama lakorn ya? Aku katakan ini untuk yang terakhir kalinya. Jangan ganggu aku! Aku mau makan dulu."
"Ayolah. Jangan gitu sama aku. Kamu kan tahu cuma kamu yang bisa membantuku."
Yeo tidak peduli. Dia melanjutkan makan siangnya. Akhirnya Naam menyerah. Dia memilih pergi.
Naam jalan-jalan di kantor polisi dan berhenti di balkon. Kebetulan Thara sedang berjalan di bawahnya. Naam tertegun melihatnya seolah ada menariknya pada sosok Thara. Naam terus memperhatikan Thara hingga Thara menghilang dari pandangannya.
Naam buru-buru masuk ke ruangan Yeo lagi. Yeo sendiri sedang sibuk menelepon seseorang.
"Khun. Aku melihat seorang wanita."
Yeo memberinya isyarat untuk diam dulu. Tapi Naam tidak ngeh.
"Tapi aku tidak benar-benar melihat wajahnya."
Bersambung ke Pob Ruk episode 1 part 5
EmoticonEmoticon