Buang Hong Episode 1 Part 3

Buang Hong
Episode 1 Part 3
(A Lasso For A Swan)


Sumber konten dan gambar : TVN

Baca part sebelumnya


Kittichai sedang menelepon seseorang. Dia tampak kesal saat si penerima telepon belum mengatasi apa yang dia suruh. Kittichai mengancam tidak akan membayar sepeserpun kalau orang itu tidak secepatnya melaksanakan yang dia minta.

***

Seorang pegawai pria masuk ke ruang kerja Ramet diam-diam. Dia hendak memasukkan kunci ke pintu saat tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam. Ternyata cleaning service yang sedang beres-beres ruangan Ramet. Tongchai (pegawai pria) mengatakan dia ingin mengambil dokumen untuk Ramet. Si cleaning service berpesan untuk tidak mengunci pintunya karena dia akan kembali lagi untuk membersihkan kamar mandi.


Di meja resepsionis, seorang pegawai tampak sedang mengoleskan lipstik dengan warna mencolok di bibirnya.

"Ini dipersembahkan oleh model terpanas tahun ini. Gimana? Apa aku sudah secantik Pim?" Tanya pegawai itu pada rekannya.

Tiba-tiba Ramet datang. Sontak si rekan langsung kabur.

"Lipstik baru? Cocok buat kamu."

Si pegawai tersenyum dan berterimakasih.

"Tapi itu melanggar peraturan hotel kita. Jangan sampai aku melihatnya lagi."

Si pegawai pun mengangguk ketakutan.

Beberapa saat kemudian sekretaris Ramet datang dengan wajah panik meminta Ramet bergegas ke ruangannya.

Tampak dua orang pegawai mengintip Ramet yang buru-buru masuk ruangannya bersama anak buahnya.


Tongchai membuka brangkas Ramet dengan kode yang dia catat di sebuah kertas. Dia segera mencari dokumen yang dia incar. Saat dia dia menemukannya, Ramet bersama sekretaris dan beberapa anak buahnya datang menangkap basah.

"Tongchai!" Ucap Ramet tidak percaya pegawainya sendiri berusaha mencuri darinya.


Ayah Pim menghubungi seseorang meminta bantuan dana sebesar 200 milyar. Orang diseberang sepertinya belum bisa memutuskan. Ayah Pim meminta dia mempertimbangkannya.

Pim datang tepat setelah ayahnya mematikan telepon. Dia langsung memeluk ayahnya.

"Ayah pergi beberapa hari. Aku sangat cemas tahu."

"Maaf deh. Ayah kan pergi ke China buat kerja. Ayah sibuk jadi nggak bisa telepon kamu. Jangan marah yah."

"Kalau gitu Ayah harus bayar penalty nya."

"Penalty? Gimana caranya?"

"Aku pengen mobil baru."

Wajah Tuan Trai langsung berubah muram.


Salah seorang anak buah Ramet bertanya pada Tongchai siapa yang mengirimnya.

"Kenapa aku harus cerita?"


Bugg!! Tongchai dipukuli sampai sudutnya meneteskan darah. Dia terjatuh tepat dihadapan Ramet hingga darahnya menetes di salah satu sepatu Ramet.

Ramet mengambil sapu tangan di kantong bajunya. Dia menyodorkannya pada Tongchai. Tongchai agak terkejut. Dia hendak mengambil sapu tangan itu tapi Ramet menjauhkan tangannya dan menggunakan sapu tangannya untuk mengelap sepatunya.

"Kamu tahu aku nggak suka barang yang kotor."

Tatapannya euy bisa bikin salah paham
Ramet mengelap bibir Tongchai dengannya. "Gimana aku harus membalas orang yang tidak jujur?"


Tiba-tiba Tongchai bangkit dan menyerang anak buah Ramet. Dia berusaha kabur dari sana. Ramet menyambar pist*l di saku anak buahnya. Tepat saat Tongchai sampai di pintu, Ramet melepaskan sebuah tembakan. Tongchai ambruk ke lantai.

***

Tuan Trai terkejut mendengar nominal mobil baru yang diinginkan putrinya.

"Hah? 10 milyar?"

"Iya Ayah. Ini murah banget (mwo??). Temanku ingin membelinya sebagai hadiah untuk pacarnya. Tapi mereka putus. Aku sangat senang melihatnya. Please!"

"Pim. Ayah kan baru aja beliin kamu mobil baru 3 bulan yang lalu. Kalau emang perlu ya nggak usah beli. Lagian kita masih punya banyak mobil di rumah. Atau kamu mau pakai mobil Ayah kalau kamu mau," ucap Tuan Trai berusaha memberi pengertian pada Pim.

"Ayolah Yah. Semua mobil itu udah ketinggalan jaman. Aku pengen mobil baru. Please!"

Tuan Trai bingung mau menjawab apa. Pim malah ngambek.


"Apa Ayah udah nggak cinta lagi sama Pim? Ayah juga ingkar janji sama Ibu. Ayah janji nggak akan nikah lagi. Tapi Ayah malah bawa wanita itu ke rumah. Ayah bilang cuma sayang sama aku dan bakal ngasih apapun buat aku. Tapi Ayah ingkar janji lagi! Ayah kasih semuanya buat si ibu tiri itu. Dua minggu lalu aku ketemu sama dia di condo opening. Ayah tahu apa yang dia bilang? Dia bilang Ayah itu bod*h karena ngebiarin dia buat ngebod*hin Ayah. Tapi Ayah malah kasih semuanya buat dia karena Ayah cinta sama dia. Dia nggak peduli Yah!! Ayah pikir dia lebih baik dari aku??! Aku nggak sayang lagi sama Ayah!!"

Tuan Trai mendekati Pim dan meraih kedua tangannya. Pim menghempaskannya.

"Pim. Dengerin Ayah. Dalam hidup Ayah, nggak ada orang lain yang lebih Ayah cintai selain kamu."

"Jadi, Ayah mau kan beliin aku mobil baru?" (Jangan dicontoh nih kelakuan si Pim)

Tuan Trai galau deh.


Ramet menghampiri Tongchai yang kakinya lemas mendengar suara tembakan. Ternyata tadi Ramet tidak menembaknya.

"Tembakan pertama, itu hadiah buat kerja kerja keras kamu selama 6 bulan. Tapi untuk ronde kedua. Itu akan jadi hadiah untuk seorang penghianat. Aku akan memberimu kesempatan lain."

Ramet menodongkan pist*lnya ke perut Tongchai. Sontak Tongchai panik ketakutan.

"Siapa yang mengirimmu?"

Tongchai menjawab dengan terbata-bata. "Aku akan mengatakannya padamu Khun Ramet."


Kittichai sedang duduk santai di sofa kantornya. Sekretarisnya masuk membawa sebuah tablet. Dia bilang ada mengirim video untuk Kittichai. Dia tidak tahu isinya karena dia belum membukanya.

Kittichai kaget saat membuka video itu yang ternyata berisi rekaman pengakuan Tongchai kalau dia yang mengirimnya. Kittichai tampak sangat kesal.

***

Ramet memegang flashdisk yang menyimpan rekaman pengakuan Tongchai. Sekretarisnya heran kenapa Ramet tidak menyerahkan bukti itu pada polisi.


Ramet mengatakan kalau dia tidak bisa melaporkan Kittichai tanpa bukti yang kuat. Karena mungkin saja Kittichai punya koneksi yang bisa saja malah membahayakan Ramet.

Ramet memasukkan flashdisk beserta dokumen yang hendak dicuri Tongchai ke dalam brangkas.

"Apa peringatan ini akan menghentikan Kittichai?"

Ramet duduk di kursi kerjanya. "Kita tunggu dan lihat saja. Aku tidak ingin melaporkannya ke polisi sekarang karena itu bisa saja berdampak pada image hotel kita."

***

Pim menghentikan mobil barunya di depan rumah. Dia meminta asisten rumah tangganya untuk memarkirkannya. Setelahnya Pim langsung masuk ke kamar ayahnya dan memeluknya. Dia berterima kasih karena ayahnya sudah mengabulkan keinginannya.

"Aku tahu Ayah sangat mencintaiku."

"Kamu kan satu-satunya putri Ayah. Ayah ingin kamu bahagia."

"Pim bahagia kok. Pim punya ayah yang sangat tampan, pintar, dan kaya. Dan yang paling penting, Ayah adalah orang yang paling baik di dunia."


Ayah menasihati Pim kalau hidup itu tidak pasti. "Kalau suatu hari Ayah tidak lagi punya uang yang bisa kamu gunakan dengan bebas seperti hari ini. Ingatlah, kamu tetap satu-satunya orang yang paling Ayah cintai."

"Gimana bisa Ayah nggak punya uang? Ayah kan pengusaha real estate paling kaya sekarang."

Pim pamit mau mandi. Dia mencium ayahnya dan mengingatkannya untuk tidak tidur terlalu larut.

***

Di Martha Showroom, dua assisten Khun Vi sedang menggosipkan Pim yang jadi sangat laku setelah acara fashion show di condo opening. Pantesan dia bisa beli mobil mewah baru.

Khun Vi masuk dan terlihat kesal saat ditunjukkan majalah yang membahas soal Pim.

"Dasar! Dia pamer kekayaan."

"Itu belum apa-apa Khun Vi. Dia pergi belanja setiap hari. Pergi ke banyak event. Reporter menulis beritanya tanpa henti. Dia menutupi berita baru tentang martha collection fashion show. Aku nggak ngerti kenapa kamu tetap diam seperti ini Khun Vi," ucap si asisten panjang lebar.


Khun Vi tersenyum sinis. "Dia nggak akan lama kayanya. Dia sangat sombong berpikir kalau dia itu angsa. Saat sayap angsanya patah, aku akan menginjaknya."

"Sayap angsa patah? Apa maksudmu? Kamu tahu sesuatu Khun Vi?"

Khun Vi hanya tersenyum. Lalu dia mendapat sebuah panggilan tentang pemberitahuan kalau perusahaan perhiasan yang akan bekerjasama dengannya dalam fashion show meminta model finalnya diganti dengan Pim.

Awalnya Khun Vi tampak kaget. Tapi kemudian dia tersenyum. "Aku tidak masalah. Tapi bisakah aku meminta sesuatu?"

***

Ramet dan sekretarisnya berjalan menuju ruang kerjanya. Ramet memberitahu kalau dia akan pergi ke Bangkok untuk urusan bisnis. Si sekretaris meledek Ramet pergi untuk bisnis atau seorang wanita? Ramet menjawab kalau dia tertarik tentang wanita.


Tapi saat sampai di lobi ruangannya, Ramet langsung tertarik melihat sebuah majalah dimana Pim jadi cover modelnya. Dia mengambil majalah itu lalu memperhatikan gambar Pim. Tentu itu jadi bahan ejekan sekretarisnya.

Ramet beralasan kalau dia tertarik dengan isi majalah itu.

"Baiklah. Kamu tidak tertarik pada wanita tapi kamu ternyata tertarik pada majalah fashion. Okay akan aku bawakan ke ruanganmu."

Ramet ngacir salah tingkah.


Paul habis menjual tas yang dia curi di rumah Pim. Pim meneleponnya mengatakan kalau dia ada fashion show sore ini. Paul minta maaf karena tidak bisa mengantar Pim dengan alasan sedang bersama ibunya. Tapi dia berjanji akan menjemput Pim nanti.

Pim tidak mempermasalahkannya. Setelah menutup telepon, ada panggilan masuk dari Kao Organize. Pim mereject-nya.


Ramet sudah berada di Bangkok, di condo milik Pakorn. Mereka membuat kopi di mesin kopi sambil mengobrol. Pakorn mengajak Ramet pergi ke fashion show perhiasan. Ramet menyindirnya yang cuma pengen tahu trend perhiasan demi pacarnya. Pakorn nyinyir balik kalau Ramet harus segera menemukan cewek karena keluarga Ramet itu sudah pengen punya menantu perempuan.

Pakorn akan mengenalkan Ramet pada seorang desainer karena yang dia dengar Ramet akan mengadakan fashion show amal di hotelnya akhir tahun ini.

"Dia cantik dan pintar. Deal?"

Ramet tidak menjawab. Tetapi sepertinya dia akan mempertimbangkannya.

Bersambung ke Buang Hong episode 1 part 4





5 komentar

Ni ceweknya mirip kaya yg maen game saneha yg jd khae yaa min..

Bukan kok beda. Ini pacarnya (apa istri ya) Mark Prin yg main di Kleun Cheewit.

Di lanjutin y min, aq udh nton d youtube sub inggris, jd aq mau baca sinopny biar lbh puas.. Semangatt y min..

Kok ngak ad lanjutan ny min.. Lanjutin dong minnn.. Pleaseee


EmoticonEmoticon