He is Psychometric
Sumber konten dan gambar : TVN
Baca juga : He is Psychometric episode 4 part 2
Lee An hendak pergi. Dia ngaca dulu sebelum masuk mobil. Dan ketika baru duduk di jok mobil pun dia ngaca lagi. Hadeh! Dia berniat memberitahu Jae In dimana tempat tinggal barunya. Lee An pun melajukan mobilnya.
Dae Bong menelepon Lee An menanyakan kapan mobilnya akan dikembalikan.
"Biarkan aku memilikinya untuk hari ini. Ada hal penting yang ingin ku lakukan."
"Apakah ada alasan bagiku untuk membiarkanmu mengambilnya?"
"Yoon Jae In. Aku menemukan dimana dia berada."
"Yoon Jae In. Baiklah."
"Saranghanda Dae Bong~a!"
Dae Bong kedatangan pelanggan. Sebelum menghampirinya, Dae Bong menggerutu, "Kapan dia akan melupakan Yoon Jae In? Si bod*h itu!" Dia lalu mendatangi si pelanggan.
"Berapa yang harus aku isi?" Tanya Dae Bong. Dia terkejut saat melihat pelanggannya ternyata So Hyun.
So Hyun pun terkejut."Apa ini salah satu pom bensin keluargamu?"
"Apa? Ya. Kami mengambil tempat ini baru-baru ini," jawab Dae Bong gugup.
So Hyun bilang akan isi bensin seharga 30 dollar. Dae Bong mengangguk.
"Bi bi bisakah kamu membuka pintu tangki bensin?"
Setelah So Hyun membukanya, Dae Bong pun mencolokkan pipa bensinnya. Dia terlihat benar-benar gugup. "Astaga. Apa yang harus aku katakan padanya? Hai halo..."
"Permisi," panggil So Hyun dari dalam mobil.
Dae Bong langsung mendekat. "Ah ya! Sudah lama bukan?"
"E.. aku mau bayar." Doenggg
"Ah. Tidak apa-apa. Aku tidak mengambil uang dari teman lama."
"Mungkin banyak yang tinggal di lingkungan ini."
"Oh. Aku membiarkan mereka mengisi secara gratis juga."
"Inilah sebabnya aku menghindari pompa bensinmu. Jangan seperti itu dan biarkan aku membayar."
Dae Bong terpaksa menerima kartu So Hyun lalu memasukkannya ke mesin pembayaran atm. Dia tampak berpikir, kemudian masuk ke ruangannya dan mengambil kotak lalu mengisinya dengan beberapa minuman yang biasa dibagikannya sebagai hadiah gratis untuk pelanggan.
Dae Bong mengetuk kaca mobil So Hyun dan menyerahkan kotak itu.
"Kami biasa memberikan ini untuk semua pelanggan yang pertama kali mengisi. Ini strategi penjualanku."
"Baiklah. Terima kasih." Terlihat kalau di kotak itu juga ada berbagai kartu nama dari spbu Dae Bong. So Hyun melajukan mobilnya. Di bangku belakang, ada seorang anak kecil gendut yang sedang mengunyah makanan.
Karyawan Dae Bong menghampirinya sambil menggerutu, "Bos, apa itu tadi?"
Dae Bong malah menjawab dengan membaca stiker yang tertempel pada belakang mobil So Hyun. "Ada bayi di mobil. Apa itu ungkapan yang memilukan?"
Lee An mendatangi tempat kerja Jae In. Tapi kata petugas tidak ada yang bernama Yoon Jae In di sana.
"Tapi dia bilang dia bekerja di sini."
"Aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya," kata si petugas.
"Apa dia berbohong?"
Petugas yang lain menyahut, "Bukankah Yoon Jae In petugas percobaan di Pusat Keamanan Komunitas Seoheun? Kamu tahukan? Kantor pusat langsung."
Rekannya bingung karena dia tidak tahu ada tempat seperti itu.
"Pusat Keamanan Seoheun?"
"Hmmm."
"Okay. Thank you!" Lee An memberi sebotol minuman pada petugas, sisanya yang sekardus dia bawa lagi.
Di luar, dia bertanya-tanya apa itu kantor pusat keamanan. Akhirnya dia menelepon Ji Soo. Ji Soo memberitahukan alamatnya yang ternyata berada di sudut kota. Ji Soo heran karena mengira tempat itu sudah dihancurkan.
Di tempat itu, terlihat Bibi Sook Ja sedang melatih bernyanyi para manula. Jae In melongok di pintu mengajak bibinya makan siang kalau sudah selesai.
Terdengar suara Lee An yang bertanya pada Ji Soo. "Lalu apa artinya 'tempat tinggal'?
"Pada dasarnya dia makan, tidur, dan bekerja di sana."
Jae In mencuci muka di wastafel. Lalu ganti baju, bedakan, dan memakai seragam. Setelah itu dia keluar dan mengendarai motor bebeknya untuk patroli.
Bersamaan dengan itu, mobil Lee An sampai di depan 'rumah'nya. Lee An masih bertelepon dengan Ji Soo.
"Rumahnya ada di dalam kantor?"
"Ya. Tunggu dulu. Dia bekerja disana? Tempat itu agak...."
"Agak apanya?"
Akhirnya Jae In membawa anak itu ke kantor dan mencetak 'piagam penghargaan' dari kertas HVS, untuknya sebagai siswa yang berbuat baik dan melayani masyarakat. Anak itu sangat senang dan berterimakasih. Wkwkwk
Berikutnya, Jae In menolong seorang nenek yang tersesat. Lalu menakut-nakuti anak yang suka berbohong dengan borgolnya hingga anak itu berjanji tidak akan berbohong lagi. Tapi anak itu sampai nangis soalnya Jae In juga nakut-nakutin akan membawa dia ke penjara kalau berbohong. HAHA ada ada aja.
Jae In melanjutkan patroli dengan motor bebeknya.
Lanjut pada Lee An dan Ji Soo.
"Tidak banyak orang di sana. Tidak ada kasus dan kecelakaan. Ini pekerjaan dari jam 9 sampai jam 6. Ini adalah pekerjaan yang mudah. Hal yang buruk adalah, tidak ada cara untuk dipromosikan. Bagaimana seorang perwira muda tinggal di sana?" Tanya Ji Soo.
(Owalah. Berarti si Jae In dan Lee An ini sama-sama gengsi buat ngomong keadaan mereka yang sebenarnya. HAHA.)
Jae In kembali ke kantor. Nenek yang tadi tersesat (salah gedung entah mau ngapain) memberi Jae In kue beras pedas untuknya. Jae In berterimakasih lalu duduk di luar dan memakannya. Kuah makanannya terciprat ke tangannya. Dia lalu menyeruputnya. Saat itulah Lee An datang.
Jae In mengajak Lee An masuk ke dalam kantor. Lee An bilang dia pergi ke divisi patroli tapi tidak menemukannya.
Jae In kelihatan malu. "Aku tidak tahu kamu akan mencariku," kata Jae In lirih. Tapi juteknya mulai lagi. "Aku tidak membohongimu. Ini divisi patroli Seoheun," Jae In mencoba mempertahankan harga dirinya. "Dan aku akan pergi ke kejahatan kekerasan. Itu pilihan pertamaku."
Lee An tersenyum. Dia meletakkan sekotak minuman yang dia bawa ke meja.
"Ji Soo noona bilang. Di sinilah petugas datang sebelum mereka pensiun. Bagaimana kamu bisa sampai disini?"
"Mitraku dipindahkan ke sini. Aku bertanya apa ada rumah murah untuk disewa. Dan dia mengatakan padaku untuk tinggal disini karena dia punya apartemen."
Lee An bertanya kenapa Jae In sampai minta bantuan orang untuk mencarikan rumah.
"Aku tertangkap mengintip file kasus lama."
"Lalu?"
"Lalu aku mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak bisa jadi polisi jika dipecat pada masa percobaan. Aku sudah terlalu tua untuk melarikan diri. Dan aku memiliki semacam status sosial sekarang. Itulah satu-satunya cara untuk mempertahankan pekerjaanku."
"Jadi, apa kamu melihat file kasus ayahmu?"
Jae In menggeleng. Mitranya tidak membiarkannya melihatnya karena akan meninggalkan jejak dalam sistem. Jika ketahuan maka pusat akan mencabut pensiunnya. "Dia mengatakan padaku untuk melihatnya saat aku sudah selesai masa percobaan. Kemudian dia membawaku ke tempat di sudut kota ini. Aku seperti di tipu kan?"
Lee An bertanya bisakah Jae In ke divisi kejahatan kekerasan setelah dari sana. Yang dia dengar tidak ada kejahatan di sana. "Kapan kamu akan dapat poin dan memanjat tangga ke markas polisi?"
"Hei. Kamu tahu sistem dan prosesnya?"
"Itulah yang sedang aku coba lakukan. Aku harus dapat skor besar jika aku ingin dapat posisi. Tidak semudah itu...." Lee An menyadari kalau dirinya keceplosan. Jae In langsung bisa menduga kalau Sung Mo masih melarang Lee An.
"Anu... itu... anu..."
Tiba-tiba ibunya Joo Ah (anak yang suka bohong) datang. Katanya Ah Joo hilang. Mereka keluar untuk mencarinya. Ibu Joo Ah ke arah kanan, Jae In ke kiri. Lee An bertanya kenapa Jae In tidak melapor ke divisi patroli. Jae In bilang Joo Ah itu sudah biasa. Dia bahkan ada di daftar hitamnya.
"Bagaimana kalau ini penculikan?"
"Jangan sembarangan bicara!"
Mereka mencari Joo Ah kemana-kemana. Tapi setelah satu jam, mereka belum juga menemukan Joo Ah. Mereka berhenti di jembatan. Tiba-tiba Jae In melihat boneka Joo Ah ti tengah aliran sungai yang kering. Mereka bergegas ke sana.
Lee An menyentuh boneka itu dan melihat sebuah koper dimana tampak rambut terjuntai keluar diantara resleting.
"Hei. Ada apa? Kenapa ekspresi wajahmu begitu?"
"Dengarkan. Tapi jangan takut. Aku pikir anak ini... dia telah diculik."
Tiba-tiba datang polisi yang waktu itu tahu kalau Lee An adalah legenda. Dia meledek Jae In sedang apa disana. Itu sungai suka ada ee' loh. Dan polisi itu datang bersama ibu Joo Ah dan Joo Ah juga. Jae In langsung melirik Lee An. Lee An bingung sendiri karena tadi dia memang melihat rambut terjuntai dari koper hitam.
"Apakah kamu halusinasi atau ngelantur? Hah kamu mengagetkanku sampai mau mati."
"Tapi aku sungguh melihatnya."
Jae In berjalan pergi. Lee An memperagakan lagi saat dia mengambil boneka itu. Dan saat dia mendongak, dia melihat koper hitam di balik semak-semak di pinggir sungai.
Bersambung ke He is Psychometric episode 4 part 4
EmoticonEmoticon