Buang Hong
Sumber konten dan gambar : Channel 3
Baca episode 1 part 3Ramet dan Pakorn duduk di bangku penonton pada acara fashion show perhiasan. Di luar tampak seorang wanita bernama Khun Ork Usa. Dia adalah seorang mantan artis yang berhenti dari pekerjaannya setelah menikah untuk membantu bisnis suaminya. Khun Ork Usa masuk ke ruangan fashion show dan duduk di belakang Khun Vi and the gank.
Pim tampil memukau sebagai final model. Lagi-lagi Ramet tersihir oleh kecantikannya. Pakorn berusaha menyadarkannya.
"Dia Pimlapat. Anak dari pengusaha Trai Withapibol."
Seketika ingatan Ramet terlempar ke saat dia mendapat sebuah penghargaan dimana Tuan Trai lah yang menyerahkan piala padanya. Tuan Trai adalah salah satu idola Ramet dalam dunia bisnis. Saat itu Ramet bertanya siapa yang jadi inspirasi Tuan Trai dalam berbisnis.
"Putriku. Pimlapat."
Pakorn memanggil Ramet berkali-kali untuk mengembalikannya ke dunia nyata.
"Apa kamu terpesona dengan kecantikan modelnya?"
"Kamu gila? Aku nggak mikirin Pimlapat kok."
"Aku kan nggak nyebut nama. Jadi sebenarnya kamu jatuh cinta kan sama Pim? Makanya kamu dari tadi terus-terusan menatap Pim."
Ramet salah tingkah sendiri.
Di tempat duduk seberang, seorang bapak-bapak tampaknya juga tertarik pada Pim. Dia tidak melepaskan pandangannya dari Pim.
Kembali ke Ramet dan Pakorn. Yang Pakorn dengar, meski Pim cantik, tapi dia suka marah-marah dan cepat sekali naik darah. Selalu mencampur aduk masalah pribadi dengan pekerjaan.
Seolah membela Pim, Ramet menyahut kalau perempuan cantik bukannya selalu seperti itu?
Semua orang bertepuk tangan. Di akhir acara, Pim memberikan sebuket bunga pada P'Bank sang desainer perhiasan. Khun Vi pun ikut naik ke atas panggung. Ternyata gaun-gaun yang dipakai para model adalah hasil karyanya.
Pim jelas kesal. Tanpa melihat tempat dan situasi, Pim marah-marah. "Ada apa ini? Kenapa nggak ada yang bilang sama aku kalau gaun hari ini dari Martha Haute Couture?"
P'Bank bingung. "Apa masalahnya Pim?"
"Aku kan pernah bikin pengumuman kalo aku nggak akan pakai baju dari MHC."
"Seorang profesional kan harus bisa memisahkan masalah pribadi sama pekerjaan," ujar Khun Vi."
"Beraninya kamu! Aku tahu kamu kan yang lakuin ini? Kenapa? Segitu pengennya aku pake baju kamu? Kalo aku nggak pake baju kamu, kamu nggak bisa istirahat dengan tenang?!!"
Pakorn memberitahu kalau itu adalah Khun Vi. Model lama sekaligus mantan istri Tuan Trai. "Mereka saling nggak suka satu sama lain. Nanti deh aku kenalin kamu sama dia."
Khun Vi playing victim. "Ini salahku P'Bank. Dia udah bikin kesepakatan sama aku. Kalau aku minta maaf sama dia, kita akan bisa bekerja dengan damai. Tapi aku nggak nyangka kalo dia menarik kembali kata-katanya. Nggak cukup dengan menghinaku, dia menghina kamu juga P'Bank."
Pim tidak percaya Khun Vi ternyata sanggup memfitnahnya. "Kesepakatan apanya?"
"Pim, aku bisa minta maaf sama kamu lagi. Aku nggak nyangka kamu sebenci ini sama aku. Kalo kamu segitu nggak sukanya sama gaunku, kamu bisa melepasnya."
Pim pun terprovokasi. Dia melepas gaun luarnya lalu melemparnya ke lantai dan menginjak-injaknya. Semua orang terkejut. Orang-orang tidak melepaskan kesempatan merekam dan memotret pemandangan di atas panggung.
Di tengah keterkejutannya melihat tingkah Pim, Ramet tanpa sengaja melihat Khun Ork Usa. Begitupun sebaliknya. Khun Ork usa langsung kabur dan Ramet segera mengejarnya.
Ramet berhasil mencegat Khun Ork Usa. "Aku mau bicara."
"Nggak ada yang mau aku bicarain sama kamu."
Khun Ork Usa berusaha kabur lagi tapi Ramet mencekal lengannya. "Kalo gitu, bilang sama Kittichai, kalo dia nggak berhenti, mata diganti dengan mata. Aku punya bukti yang bisa menjatuhkannya."
Pim mendorong Ramet dengan kasar. "Kenapa berdiri di jalan sih?"
Pim tergelincir dan hampir jatuh kalau saja Ramet tidak segera menangkapnya. Mereka bertatapan selama beberapa detik. Pim lagi-lagi mendorong Ramet. Wartawan ramai merekam kejadian itu.
"Lain kali kalo mau bertengkar sama istri itu di rumah. Jangan menghalangi jalan seseorang! Kalo aku sampai tersungkur dan otakku cedera, aku bakal tuntut kamu." (Lebay banget Pim)
Ramet diam saja karena menahan sakit. Pim jadi tambah kesal.
"Kalo kamu gentlemen, minta maaf kek! Jadi aku bisa pergi." (Yang salah siapa, yang harus minta maaf siapa. Oh malangnya Ramet)
Pim mendorong Ramet LAGI hingga punggungnya membentur tembok lalu dia ngeloyor pergi.
"Oi! Oi! Sakit." Ramet memegangi kakinya kesakitan. Kayaknya dia tadi jaim di depan Pim. Giliran Pim pergi, langsung deh merintih kesakitan.
***
Ramet berjalan terpincang-pincang. Pakorn bertanya kenapa.
"Nggak pa-pa. Cuma kecelakaan kecil."
Pakorn mengajak Ramet pergi bersamanya. Dia ingin mengenalkan seseorang yang bisa membantu Ramet dalam fashion show amalnya nanti.
Khun Vi keluar ruangan dengan wajah kesal. Dua assistennya terus membahas Pim yang menginjak-injak gaun MHC. Khun Vi tambah kesal. "Aku juga lihat kali. Jadi nggak perlu dipertegas kayak gitu!"
Sebuah suara menginterupsi mereka. "Kamu marah Khun Vi?"
"Sia (pria yang terus memandangi Pim saat fashion show). Apa yang kamu perlu dariku?" Tanya Khun Vi sinis.
"Aku suka seorang model. Kamu bisa menghubunginya untukku?"
"Sia! Aku ini desainer. Aku bukan agensi model. Aku capek. Jadi permisi."
Khun Vi hendak pergi. Tapi dia berbalik saat Sia menanyakan nomor ponsel Pim.
"Pim? Anak tiriku?"
"Ya. Aku menyukainya."
"Tapi Pim sudah tunangan dengan Yothsapol anaknya Lady Yaowaluck."
"So what? Cuma tunangan ini."
"Jadi kamu mau aku ngapain? Aku bukan mak comblang. Kalo soal kerjaan aku bisa bantu. Tapi kalo buat ini, aku nggak mau terlibat sama Pim."
Sia menawarkan uang 2 juta baht sebagai kompensasinya.
Khun Vi langsung melotot. "Dua juta?"
"Kamu bisa bantu kan?"
Belum sempat Khun Vi menjawab. Pakorn datang bersama Ramet. Sia segera undur diri dan meminta Khun Vi menghubunginya kalau tertarik dengan tawarannya.
Pakorn mengenalkan Ramet sebagai pemilik Hotel Chiang Rai Jaravee. Khun Vi langsung terpesona dengan ketampanannya.
Ramet mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Khun Vi menyambut tangannya dan terus menatap Ramet. Wah Khun Vi jatuh cinta pada pandangan pertama. Anak dan ibu tiri bakalan rebutan cowok nih.
***
Tuan Trai berkali-kali mendapat panggilan dari ponsel yang berbeda. Ada yang nagih hutang. Ada yang menolak kerjasama. Ada yang melaporkan kalau bank menolak memberi pinjaman. Dan yang terakhir telepon dari pengacaranya yang bilang kalau Tuan Trai sudah dinyatakan bangkrut oleh pengadilan. Tuan Trai sangat terkejut mendengarnya.
***
Pim berjalan di parkiran bersama Paul.
"Ayolah Pim. Jangan marah terus. Atau kecantikanmu bakal berkurang."
"Ini menjengkelkan! Semua orang kan tahu aku benci sama si ibu tiri muka botox itu. Dan mereka masih aja pengen aku pake bajunya. Dan ada orang gila yang berdiri di jalanku. Aku hampir saja terjatuh di depan reporter. Mereka pasti punya banyak foto untuk dijadikan berita baru. Aku nggak bisa bayangin apa yang akan terjadi kalau aku benar-benar tersungkur," cerocos Pim.
"Ayolah. Itu kan udah berlalu. Gimana kalau kita makan sesuatu yang enak?"
"Paul!!! Kamu nggak ingat kalau aku nggak makan apapun setelah jam 8 malam?"
"Maaf deh. Jadi kamu mau kemana?"
"Aku mau pulang!"
Paul cuma bisa geleng-geleng kepala.
***
Tuan Trai duduk di kursi dalam kamarnya sambil memegang dadanya. Dia teringat rekan-rekan kerjanya yang marah karena di saat situasi perusahaan sedang buruk, Tuan Trai malah membelikan Pim mobil baru.
Dia juga ingat saat awal-awal usahanya jatuh, Khun Vi marah-marah dan minta cerai.
Tuan Trai mengambil pigura fotonya bersama Pim. Dia menangis menatap foto itu lalu mendekapnya.
Bersambung ke Buang Hong episode 1 part 5
4 komentar
Lanjuti dong😢😢😢
Lnjut ya jdkepo ni
Ditunggu aja ya,,, mau nyelesaiin the crowned clown dulu tanggung tinggal satu part lagi. Okay chingu?
Kak update hari apa ajha sih? ?
EmoticonEmoticon