He is Psychometric Episode 5 Part 2 (Drama Korea)

He is Psychometric
Episode 5 Part 2


Sumber konten dan gambar : TVN

Baca juga : HIS episode 5 part 1
Lee An masuk ke apartemen dengan wajah sendu. Si putih salju sudah menantinya di depan pintu. Lee An langsung menggendongnya. Sung Mo tampak berdiri memperhatikannya.


"Aku sudah bilang pada kakak untuk tidak mengingat ulang tahunku," ucap Lee An. Dia menatap kotak di atas meja, lalu masuk ke kamarnya. Sung Mo sepertinya juga stres. Dia mengambil obat lalu memakannya.


Di waktu yang sama, Bibi Sook Ja keluar dari kamarnya. Dia mendengar suara Jae In dan buru-buru memeriksanya ke kamar. Jae In ternyata sesak nafas lagi. Dia sedang menghirup udara dari kantong kertas. Bibi segera menghampirinya. Melihat tanggal di kalender, bibi langsung mengerti apa yamg terjadi.


Jae In menatap fotonya bersama ayahnya. "Aku yakin ini bukan salah ayahku. Tapi kenapa aku tidak bisa tahan di hari ini setiap tahunnya?"


Lee An membuka kotaknya lalu menguatkan diri untuk menyentuh boneka anj*ng buatan ibunya. Seketika dia bisa melihat kebersamaannya dengan ibunya waktu dulu.

"Itu pasti lebih berat bagi orang-orang yang kehilangan keluarga mereka di hari itu," lanjut Jae In.


Sung Mo masih berdiri di ruang tamu dengan lamunannya sambil menatap foto orangtua Lee An. Sementara dilain tempat, Pak Yoon tampak menatap keluar jendela.


Jae In menangis. Bibi memeluknya dan menenangkannya. "Ini bukan salahmu Jae In."

Lee An pun menangis setelah menyentuh barang lainnya yang membawa memorinya kembali ke saat-saat masih bersama orangtuanya.


Malam itu, tepat 13 tahun peristiwa kebakaran di apartemen Yoengsoeng, langit gelap dan kota Seoul diguyur hujan.

***

Esok harinya di Badan Forensik Nasional.

Ji Soo panik dan protes pada dr. Hong karena tidak bisa mengidentifikasi sidik jari korban. Dr. Hong menyebutnya lebay. Detektif Lee Seong Yong bilang kalau Ji Soo harus menikah kalau tidak berhasil menangkap pelakunya.

"Diam!" Perintah Ji Soo. Dia lalu beralih ke dr. Hong. "Kamu terdengar yakin kemarin kenapa sekarang tiba-tiba bilang tidak mungkin?"

"Awalnya memang terlihat biasa saja. Tapi ternyata sidik jarinya rusak parah. Aku berusaha mengidentifikasi apa yang tertinggal. Tapi tidak satupun yang cocok," ucap dr. Hong. Dia minta waktu lagi. Karena tubuh korban terendam air dalam waktu yang lama, jadi dia akan mencoba metode pelembab suhu tinggi.


"Kalau itu tidak berhasil juga, berarti aku benar-benar harus menikah," ujar Ji Soo stress tingkat dewa.

Dr. Hong kesal melihat Ji Soo yang terus menggerutu. "Kamu nggak akan menikah sendirian. Aku tidak akan menikah selama seribu tahun lamanya jika itu kasusnya. Minggir!!"


Dr. Hong masuk ke ruang autopsi sedangkan Ji Soo dan detektif Lee mengintip dari luar. Dr. Hong memotong salah satu jari korban (ngeri ih) lalu memasukkannya ke dalam tabung berisi cairan bening. Setelah tiga detik dia mengangkatnya, mengolesi sesuatu dengan kuas (atau membersihkan), lalu mencetak sidik jarinya. Setelah berhasil dr. Hong segera mencari datanya di komputernya.

Dr. Hong tersenyum puas. "Kamu bisa dideteksi sejelas ini. Jadi kenapa kamu memberiku waktu yang sulit," ujar dr. Hong sambil menatap gambar sidik jari tadi.

***

Dae Bong mengirim pesan pada Lee An : Aku akan membunuhmu kalau kamu tidak mengembalikan mobilku hari ini. Dan aku tidak akan pernah melihatmu lagi kalau ada goresan dimobilku.

Dan Lee An menjawab dengan dramatis : 13 tahun sudah hari ini, aku hampir tidak selamat dari kematian. Hari ini, peringatan kematian orangtuaku. Aku akan menemuimu setelah aku kembali.

Dae Bong menarik nafas dalam-dalam karena kesal. Dia berusaha tenang. "Peringatan kematian? Ya Tuhan! Ini berarti dia tidak akan mengembalikannya. Fine! Simpan saja sana!!"


Karyawan Dae Bong memberi salam pada pelanggan yang datang. Melihat mobil yang datang mirip dengan mobil So Hyun, Dae Bong mencegah karyawannya untuk melayani. Dia sendiri yang maju. Dan pada akhirnya kecewa karena itu bukan So Hyun. Poor Dae Bong!


Lee An sudah memakai pakaian rapi bersiap pergi ke pemakaman. Dia memanggil Sung Mo tapi tak mendapat jawaban. Dilihat dikamarnya pun tidak ada. Lee An masuk kamarnya lagi lalu mengambil sepatu Jae In di dalam kotak. Dia menatapnya sejenak.


Beberapa saat kemudian, Lee An berjalan menuju mobilnya di parkiran. Sekilas dia melihat mobil truk bertuliskan 'Seoheun Delivery Service'. Lee An pun masuk ke mobilnya dan pergi. Dan ternyata, di dalam mobil truk itu ada si pria bermasker.


Setelah Lee An pergi, dia memarkirkan mobilnya lalu turun dan pergi ke kantor pengawas apartemen dengan membawa sebuah paket. Setelah menulis namanya di daftar tamu, pria itu pergi ke lantai enam, tepatnya ke apartemen Lee An.

Si pria bermasker menatap kamera pengawas yang berada di atas pintu. Setelah itu dia menyobek alamat yang ada di paket yang dia bawa.


Ternyata Sung Mo sudah ada di pemakaman. Pemakamannya berupa pohon yang ada papan namanya.

Lee An datang membawa bunga. "Kenapa kamu pergi duluan?"

"Aku tidak ingin membangunkanmu."

"Kamu memberi salam pada orang tuaku? Baiklah. Aku akan melakukan hal yang sama kalau begitu."

Lee An berjalan ke pohon sebelah. Dia meletakkan bunga yang dia bawa di tanah, lalu memberi hormat. Terlihat papan nama di pohon itu bertuliskan 'Kang Eun Joo'. (Kang Eun Joo bukannya yang ada di selebaran orang hilang ya)


Lee An mengadu kalau Sung Mo itu kemampuannya kurang dalam bersosialisasi. Tapi dia bagus dalam bekerja. Orangnya kikuk, nggak punya selera humor. Tapi gajinya tinggi dan punya rumah. Sung Mo yang mendengarkannya pun tersenyum.

"Jadi, dia mungkin sudah siap untuk menikah."

"Apa itu pujian?" Tanya Sung Mo.

"Anda harus tahu kalau dia yang menyelamatkan hidupku. Anda juga harus tahu kalau dia juga uang membawaku kembali dari jalanan saat aku tersesat. Aku akan melindunginya dari sekarang. Aku cuma pengangguran yang bahkan tidak bisa menyokong diri sendiri sekarang. Tapi aku akan pastikan kalau aku akan mengembalikan rasanya (flavor) sampai hari terakhirku."

"Maksudnya bantuan (favor)."

"Oh ya benar." Lee An melihat contekan di tangannya. "Aku sudah mencoba mengingatnya di perjalanan tadi."

"Kamu membuat orang tuamu menunggu terlalu lama."


Lee memberi hormat sekali lagi lalu berjalan ke pohon orang tuanya. "Aku dan orang tuaku, kami tidak butuh kata-kata untuk berkomunikasi." Lee An hanya memegang pohon itu dan menatap papan nama orang tuanya.

Lee An dan Sung Mo berjalan pergi dari pemakaman. Lee An bercerita kalau dia menyentuh barang-barangnya. Tapi dia tidak bisa membacanya. Sung Mo menduga kalau ingatan Lee An pasti kabur. Lee An membenarkan.


"Saat aku akhirnya bisa mengontrol ingatanku, akankah aku akhirnya bisa membaca ingatan orangtuaku?" Tanya Lee An.

"Mungkin."

Lee An senang mendengarnya. Dia membayangkan kemungkinan dia bisa jadi psikometris pertama di Korea. "Saat hari itu datang, aku akan...."

Lee An menatap Sung Mo. Sung Mo menanti kelanjutan kalimat Lee An.

"Lupakan. Bukan apa-apa."

Sung Mo melanjutkan langkahnya. Lee An terus menatap punggung kakaknya. Dia teringat percakapannya dengan Ji Soo entah kapan. Ji Soo menyuruh An menyerah saja dan tidak perlu datang ke kamar mayat lagi. Lee An menolak karena dia kan tidak bisa mempelajarinya dari buku. Lalu Ji Soo memberitahu pendapatnya tentang Sung Mo. "Aku pikir, Sung Mo sepertinya menginginkankan bantuanmu untuk sesuatu."


"Kakak butuh bantuanku?"

"Aku tidak yakin. Tapi itu yang aku pikir. Dia satu-satunya yang tidak bisa kamu baca. Itu artinya, pikirannya memang tertutup. Itu pasti membuatnya kesepian. Aku yaki  ada alasan dibalik ini."

Sung Mo memanggil Lee An karena tidak kunjung berjalan dan hanya diam saja. Lee An tersenyum padanya.

"Tunggu. Kemanapun kamu pergi aku akan ikut."

Sung Mo mengajak Lee An menemui Jae In karena dia hari ini libur. Lee An sangat senang.  "Apa kakak akhirnya mau minta bantuannya?"


Lee An, Sung Mo, dan Jae In duduk di sebuah restoran. Sung Mo menyatakan niatnya untuk meminta Jae In membantu Lee An mengembangkan bakat psycometrinya.

Lee An dan Jae In saling melempar pandangan.

Bersambung ke He is Psycometric episode 5 part 3


EmoticonEmoticon