The Crowned Clown Episode 16 Part 2

The Crowned Clown
Episode 16 Part 2


Sumber konten dan gambar : TVN

Baca episode 16 part 1

Ibu suri tampak cemas melihat keadaan yang sangat hening tanpa tanda-tanda datangnya kemenangan. Dia menyuruh dayangnya untuk melihat kondisi di luar.

Belum sempat dayang ibu suri beranjak dari duduknya, datang si pengawal pribadi Jinpyung.


"Yang Mulia, aku membawa berita kemenangan. Kami merebut istana dan menangkap pencuri itu," kata si pengawal Jinpyung dengan hebohnya seolah mereka benar-benar menang.

"Kenapa kamu di sini bukannya Shin Ci Soo?"

"Tuan Besar Goseong gugur dalam pertempuran. Yang Mulia terkurung dan aku membawa surat untuk Anda lihat.

Jika kamu berjanji untuk tidak meminta pertanggungjawaban orang-orangku, aku akan mengakui kejahatanku dan menyerahkan segel istana. Datanglah jam 8. 

Setelah selesai membaca surat Ha Sun, Ibu Suri memerintahkan untuk memanggil Younghwa.

Ibu Suri datang ke istana dengan memakaian pakaian kebesarannya. Younghwa memberi salam padanya di lorong istana yang menuju ruangan raja. Ibu tersenyum padanya.

Ha Sun sudah menunggu Ibu Suri di ruangannya. Ibu Suri berkata itu pertama kalinya dia melihat singgasana.

"Saat dia masih hidup, ayahmu menggunakan segala cara untuk mengalahkanku dalam mengambil alih tahta. Pangeran Gyeongin mungkin sudah tidak ada, tapi aku sendiri yang akan memenuhi impiannya. Sekarang akui kejahatanmu! Kamu bersekongkol dengan Aishin Gioro dan tidak menghormati Dinasti Ming," ucap Ibu Suri dengan senyum sinisnya.

"Aku tidak punya kejahatan untuk diakui."

"Apa? Apa kamu menyangkal adanya surat rahasia?"

"Surat rahasia itu adalah caraku untuk melindungi bangsa ini. Untuk melindungi rakyatku, aku tidak akan ragu melawan siapapun. Ini adalah tugasku sebagai raja."


"Beraninya kamu! Kamu bilang akan mengaku. Itu jebakan."

"Aku memanggilmu kesini, untuk mengambil tindakan akhir pencopotanmu."

"Kamu tidak punya hak untuk mencopotku!"

"Semuanya, masuk ke sini!"

Para menteri dan anggota dewan masuk ke ruangan. Ha Sun duduk di singgasananya.


Satu orang lagi yang masuk ke ruangan itu. Pangeran Younghwa. Ibu Suri menarik nafas lega melihatnya. Tapi dia berubah marah saat Younghwa memberi hormat pada Ha Sun.

"Kamu menipuku?"

"Aku tidak menipumu. Aku hanya menuruti perintah Yang Mulia."

(Sukurin tuh Ibu Suri. Habis deh pion-pionnya)

"Dengan mengikuti perintahku, kejahatanmu akan dihapuskan." (Seneng ya yang jadi penjahat di era kerajaan. Asal tobat aja bisa diampuni tanpa dihukum asal nggak bikin makar)

Younghwa bersujud berterimakasih. Ibu Suri menyebutnya bod*h karena Ibu Suri akan memberinya tahta.

Kasim Jo maju menyerahkan sebuah dokumen. Ha Sun membacakan kejahatan apa saja yang sudah Ibu Suri perbuat. Menyakiti ratu, memerintahkan pembun*han Tuan Yoo, dan memimpin pemberontakan. Padahal dia sudah berusaha menghormati dan melayani Ibu Suri.


"Dengan ini aku mencopot Ibu Suri dan memerintahkannya meminum rac*n!"

Ibu Suri melongo tak percaya. Dia marah-marah pada para menteri yang tidak berani menentang raja. Ibu Suri tertawa miris. Ibu Suri marah-marah pada Ha Sun.

"Keluarkan dia dari sini!!"

"Baiklah!!"

Ibu Suri mengumpat dan mengutuki Ha Sun.

"Kematian bukan akhir bagiku!!" (Emang mau ngapain lagi Bu?)

"Aku akan menanggung dosaku sendiri dan kamu pun harus melakukan hal yang sama."

Seorang kasim hendak menyeret Ibu Suri tapi Ibu Suri segera menghempaskan tangannya. Dia berjalan sendiri dengan langkah yang lunglai.


Ibu Suri duduk di lantai dingin halaman pengadilan dengan pakaian putih khas narapidana Joseon. Dayangnya duduk di belakangnya dengan pakaian yang sama sambil menangis. Hanya para pengawal yang menyaksisan mereka.

Ibu Suri mengangkat cawan minuman berac*un dan meminumnya. Beberapa saat kemudian, darah segar keluar dia mulutnya. Ibu Suri ambruk menahan sakit dan menunggu malaikat kematian datang menjemputnya.


Ha Sun duduk melamun meski ada So Woon di depannya. So Woon berdiri dan bersimpuh di dekat Ha Sun lalu menyentuh tangannya. Ha Sun memandang So Woon.

"Ini pertama kalinya aku menumpahkan darah di tanganku. Aku tidak akan menyesalinya. Demi melindungi bangsa ini dan rakyatnya, aku akan menanggung apapun yang lebih buruk. Aku tidak akan menjadi binatang haus darah yang menggunakan kekuasaannya untuk kepentinganku sendiri. Aku tidak akan ragu melakukan hal yang benar walaupun aku takut."

"Sekarang kamu tahu beban dari tahta. Kamu bisa mengambil langkah berikutnya. Aku akan berada di sisimu selamanya, tapi ini juga jalan yang harus kamu lalui sendiri. Saat waktunya tiba, saat kamu ingin beristirahat, datanglah padaku. Aku akan selalu berada di sini untukmu."


Ha Sun meletakkan tangannya di atas tangan So Woon. Mereka saling menatap dalam.

***

Ha Sun membaca laporan Ho Geol tentang aturan pembayaran beras yang sudah diperluas ke beberapa provinsi. Ho Geol minta ijin untuk mengambil libur. Ha Sun mengusulkan untuk liburan ke Pulau Jeju. Ho Geol melongo. Antara senang dan tidak senang. Senang akhirnya bisa libur setelah satu tahunan bekerja. Tidak senang karena, kenapa harus Pulau Jeju?


(Kalau sekarang sih Pulau Jeju indah dan jadi tujuan wisata. Tapi pada masa Joseon, Pulau Jeju sering dijadikan tempat pengasingan untuk narapidana. Kehidupan warganya pun sangat keras. Mereka sering dimintai upeti untuk istana. Makanya di drama ini Pulau Jeju juga termasuk provinsi yang diberlakukan aturan pembayaran beras)

Ho Geol berterimakasih sambil tersenyum miris dan tertawa nelangsa. Ha Sun tersenyum lebar melihat tingkahnya. Sepertinya dia cuma mengerjai Ho Geol.


Ha Sun rapat dengan beberapa orang membahas mengenai wacana diterbitkannya buku pertanian versi korea agar rakyat belajar bertani dengan benar dan tidak kelaparan. Beberapa orang tidak setuju. Tapi seorang dari mereka, Gisoeng (cameo : Yoon Park) membela raja dan setuju dengannya demi rakyat dan bla bla bla. Ha Sun tersenyum kagum padanya.

***

Ha Sun membaca banyak dokumen di perpustakaan. Kasim Jo melihat wajah Ha Sun yang terlihat kurang sehat. Dia menyarankan Ha Sun untuk tidur dulu karena semalam dia hampir tidak tidur. Ha Sun menyuruh Kasim Jo saja yang tidur duluan karena masih punya tumpukan dokumen yang harus dia baca.


Beberapa saat kemudian, Ha Sun tampak tertidur di meja. So Woon masuk dan khawatir melihat kening Ha Sun berkerut dalamnya tidurnya. Dia kemudian menyentuh kening Ha Sun agar kerutannya menghilang. (Perasaan sering banget deh adegan gini di drama korea)

***

Ha Sun mengajak Gisoeng dan Mo Young melihat aktifitas petani dari kejauhan.

"Lihatlah orang-orang polos dan jujur yang menabur dan membajak ladang mereka. Walaupun aku turun dari tahta dan meminta salah satu dari mereka menggantikanku, negara seharusnya tidak punya masalah dengan hal itu. Seperti itulah negara yang hebat."


"Aku setuju denganmu. Raja hanya menyetujui diskusi istana dan menerima tanggungjawab atas akibatnya. Dia tidak boleh menggunakan kekuasaan sesuka hatinya. Tidak juga digoyahkan oleh pejabat yang licik. Saat itulah rakyat akan hidup dengan damai tanpa penderitaan."

Ha Sun tampak semakin kagum pada sosok Gisoeng.

***

Diskusi istana.

Seorang menteri membahas Ha Sun yang belum juga punya keturunan padahal berkat Ha Sun, rakyat bisa hidup damai dan sejahtera. Yang lainnya menyarankan agar Ha Sun mengambil selir baru. Ratu pasti tidak keberatan.

Ha Sun terdiam.


Saat berdua dengan Ha Sun, So Woon berkata agar Ha Sun tidak perlu mengkhawatirkannya. "Pilihlah seorang selir."

"Kamu tahu aku tidak akan melakukannya. Pemerintahanmu hanya bisa stabil setelah kamu punya penerus. "

"Ratu. Tolong jangan khawatirkan hal itu. Aku sudah punya penerus dalam pikiranku."

"Apa? Siapa?"

"Tuan Gisoeng. Aku berencana memberikan tahta padanya." (Buset dah)

Ha Sun menjelaskan kalau dia sudah mengamati para pejabat dari dekat. Dia pikir Gisoeng bisa jadi raja yang hebat. Ha Sun memandang kursinya.


"Tempat ini bukan hanya milikku. Aku hanya meminjamnya untuk sementara waktu. Itulah sebabnya aku ingin turun tahta saat bebannya semakin berat. Aku raja, tapi aku juga salah satu dari rakyat. Aku ingin kembali jadi salah satu dari mereka. Bisakah aku melakukannya?"

So Woon berkaca-kaca. "Kamu sudah melakukan lebih dari cukup. Aku akan menerima setiap keputusan yang kamu buat."

"Ratu."

"Yang Mulia. Bebaskan aku dari jabatanku lebih dulu."

So Woon menjelaskan kalau dia harus tetap di istana dan jadi ibu suri kalau Ha Sun turun tahta. Jadi dia meminta Ha Sun mengirimnya pergi supaya dia bisa menunggu Ha Sun di luar istana. Ha Sun menatapnya haru.


Ha Sun duduk di singgasananya menatap sebuah dokumen bersampul merah. Dokumen itu berisi pemberitahuan penurunan tahtanya dan penunjukkan Gisoeng sebagai gantinya.

Ha Sun mengambil segel rajanya dan dengan yakin menstempel dokumen itu.

***

Ha Sun dan Mo Young menunggu So Woon dan Ae Young yang akan pergi dari istana hari itu. Setelah So Woon keluar, Ha Sun memintanya pergi lebih dulu sementara dia akan menyusul setelah menyelesaikan semua urusannya di istana.

"Aku akan berada di desa Zelkova yang ada di luar kota," kata So Woon.


Ha Sun mengangguk lalu memberi So Woon sebuah belati kecil. Itu belati So Woon yang Ha Sun ambil saat dulu hendak bun*h diri karena ayahnya akan di hukum mati.

"Apa kamu ingat janjimu padaku?"

"Ya. Aku bilang tidak akan pernah menyakiti diriku lagi."

"Benar. Aku kembalikan padamu agar kamu bisa melindungi dirimu."

"Jangan khawatir. Aku akan memegang janjiku."

Ha Sun tersenyum mendengarnya.


Para pejabat bersujud beberapa kali memberikan penghormatan kepada raja baru mereka. Raja Gisoeng.

***

Ha Sun mengemas beberapa buku di perpustakaan. Kasim Jo minta ikut dengannya tapi Ha Sun menolaknya. Ha Sun bilang dia sudah mempromosikan Kasim Jo ke tingkat dua junior. Ha Sun meminta Kasim Jo melayani raja baru sebaik dia melayani Ha Sun.

"Setinggi apapun promosi yang kamu dapatkan, kamu tetap kasim bagiku," canda Ha Sun.


Kasim Jo tersenyum. Dia lalu memberikan gambar yang pernah dia buat untuk membalas gambar ucapan terimakasih Ha Sun. Dia bilang menggambar itu berdasarkan nama Ha Sun. Peri musim panas.

Ha Sun tersenyum saat melihat melihat lukisan Kasim Jo. Dia menganggap nama itu terlalu bagus untuknya.

"Tidak Yang Mulia. Seperti itulah dirimu. Seperti musim panas. Seperti matahari kamu menyinari semua orang secara adil. Dan memberi energi untuk semua makhluk hidup. Melayani raja sepertimu adalah berkah sekali seumur hidupku."


Mata Ha Sun berkaca-kaca. Kasim Jo menggenggam tangannya. "Yang Mulia. Aku tidak akan pernah melupakanmu."

"Aku juga."

Ha Sun memeluk Kasim Jo. Kasim Jo menangis sedih di pundaknya.


Ha Sun menatap jubah raja sebelum benar-benar meninggalkan istana. Dia lalu keluar menyusuri jalan tengah di halaman istana. Ha Sun berhenti sejenak kemudian bergeser ke samping dan melanjutkan langkahnya dengan senyum bibirnya.

Ha Sun sampai di jalan berbatu yang di kelilingi ilalang. Tampak seseorang berpakaian hitam mengikutinya dari belakang. Ha Sun was-was lalu berbalik. Dia menarik nafas lega saat melihat Mo Young.


"Kamu mengagetkanku."

"Apa kamu akan meninggalkanku?"

"Kamu benar-benar jatuh cinta padaku?"

Mo Young cuma diam sementera Ha Sun tersenyum menanggapi leluconnya sendiri. Mo Young bilang akan mengikuti Ha Sun. Ha Sun pun mengangguk senang.


Mereka melanjutkan perjalanan. Tapi baru selangkah, Mo Young berhenti karena mendengar suara langkah. Dia berbalik dan mengeluarkan pedangnya. Tampak beberapa orang berpakaian ninja menyerbu dengan pedang mereka. Ternyata mereka pengikut fanatik ibu suri yang ingin membalas dendam.


Mo Young dengan lihai menyerang mereka. Namun perhatiannya teralihkan saat dua anak panah menancap di punggung Ha Sun. Seorang ninja berhasil melukai punggungnya tapi dia berhasil menumbangkannya.


Di belakang Ha Sun, satu ninja hendak menghunuskan pedangnya. Mo Young segera melempar pedangnya hingga pedang itu menancap ke perut si ninja. Tapi datang lagi seorang ninja. Mo Young berlari menyongsong pedang dengan perutnya.

Ha Sun tersungkur ke tanah. Mo Young dengan sisa-sisa kekuatannya menarik pedang di perutnya lalu menghabisi satu-satunya ninja yang tersisa. Setelah itu dia menancapkan pedangnya ke tanah berusaha menghampiri Ha Sun.


Tapi pada akhirnya dia tumbang dengan darah keluar dari mulutnya. Mo Young menatap Ha Sun yang tak berdaya di depannya. Dia teringat saat di jembatan ketika banyak anak-anak menulis harapannya pada lampion, Ha Sun bertanya apa impiannya.


Aku ingin melayanimu dengan setia dan mati saat menjalankan tugasku.

Mo Young memejamkan matanya menghembuskan nafas terakhirnya. Impiannya menjadi kenyataan. (Huwaaa... aku kok lebih nggak rela Mo Young mati daripada Lee Kyu ya)


Ha Sun pun memejamkan matanya. Terlihat kompas pemberian So Woon dengan noda darah tergeletak di sampingnya.

Bersambung ke The Crowned Clown episode 16 part final

Komentar :

Huwaaaaaaa (ceritanya lagi nangis). Lebay! Cukup sekian.












1 komentar

Sebelum baca ini, aku sudah lebih dulu baca headline wowkeren ttg kekecewaan fans atas ending ceritanya. Emang tragis banget ternyata....
Pantas saja fans pada marah.....
Tp ya emang gini drama saeguk, pasti ada pertumpahan darah. Cuma rasanya nggak ikhlas aja....
Syedihnya.....
;-( ;-( ;-(


EmoticonEmoticon