Pob Ruk Episode 1 Part 3 (Drama Thailand)

Pob Ruk
Episode 1 Part 3


Sumber konten dan gambar : TVN

Baca Pob Ruk episode 1 part 2


Yeo ketakutan setelah menyadari kalau Naam bukan manusia. Dia naik ke atas kursi dan memegangi kalungnya berharap itu bisa membuat Naam pergi. Tapi Naam tetap duduk di sana dengan tangisannya. Dia terus saja menyangkal apa yang terjadi padanya.

Dengan segenap keberaniannya, Yeo beranjak dari kursi dan bersebunyi di balik pilar. "Kamu hantu! Kamu sudah mati." Yeo meminta Naam jangan mengganggunya lagi karena mereka berasal dari dunia yang berbeda.

"Tapi aku tidak punya siapapun. Itu tidak benar. Aku belum mati. Tolong bantu aku! Aku mohon padamu." Naam terus menangis. "Aku belum mau mati."


Tiba-tiba saja tubuh Naam perlahan menghilang. Dia minta tolong pada Yeo, tapi Yeo hanya bisa memandanginya ngeri.

Naam benar-benar menghilang. Yeo menyapu matanya ke seluruh penjuru rumahnya. Setelah yakin Naam tidak ada, Yeo menarik nafas lega.


Sementara di rumah Naam, Thara masih menunggu kabar dari Naam dengan cemas. Terlihat dia mengenakan sebuah jam di tangannya.

***

Pagi hari, Yeo menghampiri nenek di luar. Mereka sedang menyiapkan bunga dan makanan untuk derma.

Nenek bertanya apa wanita yang semalam sudah pulang. Yeo gelagapan bingung mau menjawab apa.


"Siapa? Dia anak siapa? Kamu tidak mau mengenalkannya pada nenek? Kamu apain dia? Aku dengar dia menangis semalaman."

"Itu... anu... dia...."

"Sudah sudah. Nggak usah perlu cerita kalau memang belum siap. Tapi ingat! Jangan melakukan hal buruk seperti remaja-remaja jaman sekarang! Ngomong-ngomong, kenapa kamu ingin berderma pagi ini?"

"Itu... Aku ingin berderma untuk hantu yang tidak punya rumah."

"Oh. Semuanya sudah siap jadi aku pergi sekarang."

Yeo meminta nenek menemaninya karena biksu sudah datang.

"Tidak-tidak! Hari ini loterenya keluar. Aku tidak mau berdebat dengan biksu Ted. Dia itu suka mengomeliku soal lotere. Telingaku bisa terbakar." (Neneknya Yeo itu lucu. Dia pengen jadi kaya dengan memenangkan lotere. Jadi ingat drama korea Romance Town)

Nenek pun pergi. Yeo cuma bisa tersenyum. Dia lalu memberi salam pada biksu Ted yang datang bersama asistennya (?). Yeo menyerahkan semua dermanya. Terlihat dari kejauhan, Seng (penjahat yang dipukuli Yeo) memperhatikan mereka.

Berdasarkan cerita Yeo, biksu Ted menduga kalau Naam adalah roh dari sebuah kecelakaan. Dia tidak punya tempat untuk dituju.

Yeo bertanya kenapa hanya dia yang bisa melihat Naam.

"Itu mungkin karma yang kalian berdua buat di masa lalu."

"Tapi itu aneh. Bagaimana bisa dia tidak ingat apapun?"

"Itu mungkin karena roh itu bingung, atau karena dosa yang pernah dia perbuat."


Ternyata Naam sudah ada di belakang Yeo. Dia ikut mendengarkan penjelasan biksu Ted. Biksu Ted memuji kalau yang dilakukan Yeo sudah benar.

"Roh bisa pergi ke tempat yang dia mau (surga)."

Yeo tersenyum. Dia menengok ke belakang dan melihat Naam. "Khun."

Biksu Ted melotot. "Siapa?"


"Wanita yang aku ceritakan," ucap Yeo santai. (Dia nggak takut loh)

"Kamu bercanda?" Tanya biksu Ted ketakutan. (HAHA)

"Aku nggak bercanda. Dia ada di sini." Yeo menunjukkan tempat Naam berdiri. "Biksu tidak bisa melihatnya?"

Biksu Ted langsung memejamkan matanya. "Ok. Di seeluruh dunia binatang. Pergilah ke tempat yang kamu suka. Jangan ganggu kami (manusia). Ok. Aku pergi sekarang. Good bye (beneran ngomong good bye biksunya)."


Biksu Ted bertanya pada asistennya, haruskah dia kembali ke belakang atau maju ke depan. Melihat muka asistennya yang... apa ya (lihat sendiri di gambar. Ngakak akunya) biksu Ted kesal sendiri.

"Baiklah. Ayo maju!"

Biksu Ted buru-buru pergi. Gantian Ted yang ketakutan karena di tinggal berdua dengan roh gentayangan. Berarti dia tadi nggak takut karena biksu.


"Aku nggak tahu harus pergi kemana. Tolong aku, Khun."

Yeo tidak perduli. Dia langsung kabur.

"Khun!! Cuma kamu yang bisa bantu. Aku mohon tolong aku!" teriak Naam. Dia lalu mengejar Yeo dan menghadangnya.

"Stop! Aku sudah memohon padamu dengan sangat, kamu masih mau meninggalkanku?"

"Khun. Pergilah kemanapun kamu suka. Jangan ganggu aku."

"Aku tidak punya tempat untuk pergi. Satu hal lagi, aku tidak mengganggumu. Aku cuma minta tolong."

"Aku kan sudah berderma untukmu. Jadi itu sudah cukup."

"Pikirkan baik-baik, Khun. Cuma kamu yang bisa menolongku."


Yeo mau kabur lagi tapi Naam buru-buru menghalanginya.

"Nona hantu. Aku mohon pergilah!"

"Tidak! Sampai kami janji mau menolongku. Jangan menghindariku lagi. Atau kamu akan melihat yang lainnya," ancam Naam.

"Memangnya apa yang mau kamu lakukan padaku?" tantang Yeo.

Naam bingung sendiri. Akhirnya dia berkata akan mengoyak leher Yeo dan memakannya dengan saos cabe. Wkwkwk.

Yeo malah tertawa sinis. "Itu lelucon kuno. Aku tidak takut padamu!" Nyatanya dia buru-buru mengambil kesempatan untuk kabur.


Naam cuma bisa cemberut sedih karena tidak berhasil meyakinkan Yeo untuk menolongnya.

***

Di dapur, Nenek sedang mencuci buah-buahan sambil mendengarkan musik. Yeo yang baru masuk merasakan kalau Naam mengikutinya. Dia langsung memejamkan matanya. "Aku tidak dengar."


"Kenapa kamu membohongi dirimu sendiri, padahal kamu tahu aku ada di sini."

"Aku tidak dengar. Aku tidak melihat. Itu tidak benar."

"Ya. Itu benar."

"Tidak. Tidak benar."

"Benar!! Aku ada di sini!!"

Yeo memincingkan sebelah matanya. Akhirnya dia menyerah. "Apa yang harus aku lakukan biar kamu pergi?"

"Ya kalo aku punya tempat buat pergi. Lagian nggak ada orang yang bisa melihatku kecuali kamu. Kamu polisi kan? Jadi kamu harus menolong semua warga negara."

"Ya aku polisi. Tanggungjawabku adalah menolong orang-orang yang punya masalah. Bukan menolong roh gentayangan." (HAHA) Yeo mencuri kesempatan buat kabur.

"Hei! Mau kemana kamu!? Kembali! Aku bukan hantu! Jadi gimana bisa kamu menyebutku roh gentayangan!!"


Naam menyusul Yeo ke kamarnya. Yeo menutup telinganya, tapi Naam terus saja ngoceh. Dia yakin kalau dia belum meninggal. Mungkin dia kecelakaan dan sekarang tubuhnya ada di rumah sakit. Mungkin saja rohnya keluar dari raganya.

Yeo kesal mendengarnya. "Kamu ini kebanyakan nonton drama!!"

Naam ngotot minta Yeo membantunya menemukan tubuhnya karena dia ingin kembali ke tubuhnya.

"Oh My Ghost!! Aku juga nggak tahu kamu itu roh apa hantu. Tapi aku yakin kamu itu bukan manusia."

"Berarti kamu nggak mau membantuku? Fine! Aku akan mengikutimu sampai kamu jadi gila!"


"Hei, Khun!!"

Mereka berdua pasang wajah menantang alias nyolot. Hehe.

"Kalau aku takut padamu, sekarang aku tidak berdiri di sini denganmu!! Kamu lihat! Rumahku dekat dengan kuil. Di sebelahnya ada kuburan. Aku sudah sering melihat may*t dan juga orang meninggal. Jadi aku mohon kamu pergi! Aku akan membuat derma untukmu."

Tampangnya si iya sok berani. Tapi begitu selesai bicara, Yeo buru-buru kabur, mengambil handuknya  lalu masuk kamar mandi.

Naam mengikutinya. Tapi Yeo menutup pintu tepat di depan mukanya. Naam tertegun sekaligus kesal.


"Di seluruh hidupku, tak ada seorangpun yang pernah menutup pintu padaku!" Naam heran sendiri dengan ucapannya. "Kenapa aku bisa ingat ini?" Dia lalu meminta Yeo keluar untuk bicara. Karena tak ada jawaban, Naam berniat mengetuk pintu. Tapi dia dibuat kaget saat tangannya menembus pintu. Dia mencobanya lagi.


Akhirnya pelan-pelan Naam memasukkan tubuhnya melalui pintu padahal di dalam Yeo lagi mandi. Dia terkejut saat tahu kalau itu kamar mandi. Dan dia tambah terkejut lagi saat berbalik dan melihat Yeo yang baru saja selesai mandi dan hanya mengenakan handuk. Keduanya sontak menjerit.


Naam langsung berbalik. "G*la! Psyco! C**ul! Kenapa kamu melepas handukmu biar aku lihat?"

"Kamu yang g*la orang aku masih pakai handuk!"

"Tetap saja itu tidak sopan! Dasar g*la!"

"Hei. Memangnya ini ruangan apa?"

"Kamar mandi."

"Kamu biasanya ngapain di kamar mandi?"

"Mandi lah!"

"Nah aku juga lagi mandi. Terus ngapain kamu masuk?"

Naam gelagapan. "Nggak tahu ah."


Yeo tersenyum jahil. Dia mengancam Naam kalau Naam tidak keluar, dia akan melepas handuknya. Naam langsung ketakutan. Tapi dia tetap minta Yeo untuk berdiskusi lagi.

Yeo tersenyum puas karena bisa mengerjai Naam.

***

"Jadi kesimpulannya kamu mau aku mencari tahu tentangmu dan mencarikan tubuhmu jadi kamu bisa kembali ke tubuhmu?"


Naam tersenyum senang. "Ya! Aku yakin kok kalau aku belum meninggal."

"Kalau begitu berarti aku harus ke tempat kerja padahal aku sedang di skors," gumam Yeo.

"Hah?"

"Nggak kok. Aku cuma mau minta libur dua minggu biar punya waktu untuk membantumu. Bagaimana menurutmu?"

"Ya. Aku setuju. Makasih ya," ucap Naam dengan riang.

Yeo membawa tasnya lalu berpesan pada Naam agar tidak pergi kemana-mana hari ini. "Kamu bisa menakuti orang-orang kalau mereka melihatmu."

Naam menurut dengan senang hati.


Yeo pamit pada neneknya yang baru selesai memasak. Neneknya bilang tadi dengar suara yang cukup keras. Dia sampai kaget.

"Oh bukan apa-apa. Cuma kecoa di kamar mandi." Wkwkwk Naam di bilang kecoa.

Langsung deh nenek menghubungkannya sama lotere. "Berapa kakinya? 6 atau 8?"

"Terserah nenek saja. Aku mau berangkat kerja dulu." Seperti biasa Yeo cuma bisa tersenyum geli melihat tingkah neneknya. Dia tidak melarang neneknya sama sekali. Kelihatan jelas kalau Yeo sayang banget sama neneknya.

***

Yeo melewati jalanan yang macet dengan sepedanya. Kebetulan sedang lampu merah. Di belakangnya, tampak Seng yang mengendarai sepeda motor. Dia mengarahkan pist*l ke arah Yeo. Beruntung peluru tidak mengenai Yeo. Yeo mengeluarkan pist*lnya dan mencoba menembak sepeda motor Seng.

Tiba-tiba Naam sudah nangkring di depan Yeo. Yeo tentu saja kaget.

"Bagaimana bisa kamu disini?"

"Aku juga nggak tahu. Aku kesini dengan sendirinya."

Lampu hijau menyala. Yeo mengayuh sepedanya dengan cepat berusaha menghindari Seng. Seng tentu saja mengejarnya.


Seng terus saja menembak sampai Naam ketakutan.

"Kenapa kamu teriak keras-keras? Mengganggu tahu!"

"Aku takut."

"Apa yang kamu takuti? Peluru?"

Naam menatap tajam Yeo. Dia lalu menyuruh Yeo jangan belok karena itu jalan buntu.


Yeo tentu heran kenapa Naam bisa tahu. Apa Naam pernah kesana? Naam sendiri heran karena dia juga tidak ingat.

Meski sudah diperingatkan, Yeo tetap saja belok. Alhasil dia benar-benar menemui jalan buntu. Naam mengomelinya.

Seng semakin dekat. Dia siap menembak Yeo. Tapi ternyata pelurunya habis. Yeo tersenyum sinis. Giliran dia yang menodongkan pist*lnya.


Seng bersiap menancap gas motornya. Tapi baru melaju sebentar, Yeo menembak ban motornya hingga sepeda motor Seng terguling dan Seng tidak sadarkan diri sebentar. Sebentar banget. Yeo menyibakkan rambutnya bak iklan shampo.

Bersambung ke Pob Ruk episode 1 part 4


7 komentar


EmoticonEmoticon